Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komen yang bermutu, sharing blog ini ke sosial media, dan meletakkan link-nya! Mari budayakan bertukar link dan e-Halo.

Kamis, 31 Mei 2012

Kita Berpikir Bahwa Sesuatu Tidak Seharusnya Terjadi

Anda sedang sedih merenungi nasib ?  Merasa anda menjalani skenario kehidupan yang tidak menyenangkan ?  Diperlakukan tidak adil?. Mungkin cerita ini bisa memberi semangat baru.  Selamat menikmati.

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya.  Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement.

Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yg lebih tua  melihat bahwa dinding basement itu retak.
Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu lenyap.Ketika malaikat yg lebih muda bertanya  mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yg lebih tua menjawab: “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah.   Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai, petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya. Ketika matahari terbit keesokan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.

Malaikat yg lebih muda merasa geram.  Ia bertanya kepada malaikat yg lebih tua:  “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yg pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yg retak.  Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita.
Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?”

Malaikat yg lebih tua menjawab: “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya.”
“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu  agar ia tidak menemukan emas itu.”

“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya.  Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya.”

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi.  Jika kita punya iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang  terjadi adalah demi kebaikan kita.   Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya  tiba.

By : Dani Fitria vi email

Hukum Alam yang Terkenal dan Berlaku

Hukum sebab-akibat (hukum penciptaan) merupakan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk alam kehidupan ini. Bila diuraikan, hukum sebab-akibat dapat dirangkum menjadi 5 hukum alam yang saling berkaitan, yaitu :

1. Hukum Ketertarikan (Law of Attraction)
Sebagaimana telah diuraikan oleh Erbe Sentanu : Apa yang kita pikirkan dan rasakan(positif/negatif) akan menarik alam untuk mewujudkannya. Bila kita merasa kekurangan (negatif), maka alam akan mewujudkan kekurangan tsb. Demikian juga sebaliknya, bila kita merasa kelebihan maka alam akan mewujudkan kelebihan tsb.

2. Hukum Menerima dan Memberi
Apa pun yang kita terima (positif maupun negatif), sebenarnya berasal dari apa yang telah kita berikan (positif maupun negatif). Semua yang kita terima selama ini, merupakan hasil pemberian kita sebelumnya.
Kebaikan yang kita terima, karena kita telah memberi kebaikan pada alam (orang lain).
Ilmu yang kita fahami (terima), karena kita telah memberi ilmu ke alam ini (ke orang lain).
Jadi berusalah “memberi” kalau kita ingin “menerima”.

3. Hukum Kesesuaian (Law of Compliances)
Apa yang terjadi di luar kita, sebetulnya PENCERMINAN dari apa yang terjadi di dalam diri kita.
Dalam hidup ini kita akan berada dalam kondisi yang mencerminkan diri kita sendiri; kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang mencerminkan diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus mampu mengubah (meningkatkan) diri kita menjadi lebih positif dari sebelumnya dan lihatlah perubahan besar yang akan terjadi dalam hidup kita.

4. Hukum Pengisian
Apa pun yang kosong di alam ini, akan diisi oleh alam. Kosongkan (sedekahkan) hal2/barang2 yang sudah tidak terpakai lagi, maka alam akan mengisinya kembali dengan hal2/barang2 baru yang bermanfaat bagi kita.

5. Hukum Pertumbuhan
Apa pun yang kita kerjakan, semakin lama imbalannya kita terima, semakin besar imbalan tsb; karena akan ditumbuhkan oleh alam.

Oleh karena itu, jangan pernah lelah berusaha keras mewujudkan impian anda. Jangan pernah lelah memperbaiki/meningkatkan diri. Jangan pernah merasa sia-sia melakukan sesuatu yang benar dan baik.
Bila kita menyadari adanya ke 5 hukum tersebut, dan mampu menerapkannya secara positif, maka insyaAllah hidup kita akan dipenuhi dengan kesuksesan, sehat, sejahtera dan bahagia di dunia dan akherat.

Semua yang terjadi pada diri kita adalah yang terbaik, bila kita telah berusaha semaksimal mungkin; dan tentu saja bila kita mampu mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya, serta ikhlas menerima semua yang terjadi (negatif maupun positif).

By: Dani Fitria's Post through email.

Selasa, 29 Mei 2012

MALU, ANTRI, ‘MENGERTI DAHULU’!

Seri Artikel Home Improvement

“Silahkan duluan, Pak…”, ucap seorang bapak tua ramah kepada saya. Beliau mempersilahkan saya untuk duluan antri ke loket sebuah bank. Pagi itu adalah Senin pertama di awal bulan. Dan seperti yang biasa saya amati di setiap kantor Bank pada hari Senin pertama setiap bulannya, terjadinya transaksi keuangan yang jauh di atas kondisi biasanya. Ditandai dengan begitu banyak orang yang sudah mengantri di depan loket, bahkan ketika loket itu sendiri belum dibuka.

Seperti sebuah ritual bulanan, pagi itu saya setor ke sebuah bank untuk melakukan kewajiban saya membayar kredit kepemilikan rumah yang saat ini saya tinggali. Kebetulan pagi itu juga saya harus bergegas karena baru saja saya mendapat SMS bahwa saya telah ditunggu untuk sebuah pertemuan di kantor tempat saya bekerja.

Bergegas memarkir mobil, menyambar tas, masuk gedung bank, dan begitu banyak orang sudah mengantri di depan loket sementara waktu juga belum menunjukkan pukul delapan. Rasa kemrungsung mulai melanda. Cepat saya menyambar slip setoran, mengisinya, dan sejurus kemudian bergegas menuju antrian. Setengah berlari saya kesana, ketika pada waktu yang sangat bersamaan, seorang bapak tua juga berjalan pelan menuju mulut lorong antrian. Kami berdua bertemu berhadapan tepat di depan bibir jalur antri.

Tiba-tiba dibenak saya dilanda sebuah niatan untuk menyerobot ke jalur antrian lebih dahulu. Karena toh saya menganggap antara saya dan sang bapak tua sama-sama punya hak yang sama untuk saling mendahului...hmm...? Paling tidak begitu anggapan saya saat itu. Hampir terjerembab ke depan, ketika tiba-tiba saya refleks menahan niatan untuk melompat ke jalur antrian, ketika waktu itu justru dengan ramah sang bapak tua memberi tanda dengan tangan terbuka, sambil tersenyum mempersilakan saya untuk duluan.

Muka saya seperti tertampar. Untuk membalas senyum kepada sang bapak tua itu pun saya begitu berat, malu rasanya. “Maaf, pak, saya melancangi bapak…. Saya terburu-buru…” begitu kata saya kemudian berusaha mencairkan beban rasa bersalah.

“Oh, ndak apa-apa, mas, silahkan…silahkan... Saya tidak buru-buru kok... Kalo sudah sampai jatahnya kan ya nanti pasti kebagian…, ya kan, mas?” begitu kata si bapak. Sebuah kata-kata yang menurut saya barmakna dalam. Membuat saya menjadi semakin merasa kecil.

Saya tidak tahu persis apakah sang bapak ini pernah membaca teorinya ‘seek first to understand…’ atau belum. Tapi yang jelas, pagi itu sang bapak tua ini telah mempraktikkannya. Dan lucunya, beliau mempraktikkannya di depan saya. Di depan seseorang yang belajar ‘seek first to understand’..., mengamatinya dalam kehidupan keseharian, tapi toh praktiknya masih harus banyak belajar justru kepada seseorang yang mendengar nama Stephen Covey aja mungkin belum pernah.

Perilaku antri adalah sebuah contoh bagaimana kita mau tidak mau harus berusaha untuk ‘mengerti dahulu’ orang lain. Terutama ‘mengerti dahulu’ terhadap orang yang berdiri mengantri di depan lebih dahulu dari kita. Entah itu ‘mengerti dahulu’ karena mereka datang lebih awal, atau yang lainnya. Tapi yang jelas esensi dari mengantri, kita seolah dipaksa untuk belajar bahwa sesibuk apa pun kita, sepenting apa pun kita, setinggi apa pun jabatan kita, siapa pun kita, seburu-buru apa pun kita, ketika tiba giliran kita harus mengantri, maka kita harus ‘mengerti dahulu’ bahwa yang mengantri lebih dahulu memiliki hak untuk lebih dahulu dilayani.

Budaya antri di bangsa kita ini, saat ini walaupun terkadang masih terlihat orang-orang berperilaku memalukan—seperti yang saya lakukan pada cerita diatas—tetapi terlihat ada kemajuan yang berarti dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Saya masih ingat sekitar tujuh tahun lalu kebelakang, sebelum saya menikah, di mana saya sering melewatkan waktu saya untuk nonton bioskop. Kala itu, ketika orang harus membeli tiket bioskop, situasi masih begitu menyedihkan. Untuk beli tiket di loket, orang main serobot sana serobot sini. Orang yang besar bisa dengan leluasa mendorong dan mendesak yang lain untuk bisa menerobos antrian, sementara sang kecil juga bisa dengan gesitnya berkelit di antara kerumunan untuk tiba-tiba nongol di depan meja loket.
Tapi saat ini budaya antri itu seperti berangsur-angsur membaik.

Pernah juga saya ingat suatu ketika pada suatu masa beberapa tahun lalu, dalam iklan layanan televisi, begitu gencarnya disiarkan kampanye budaya antri ini. Sehingga di saat ini kita bisa lihat, di kantor-kantor layanan masyarakat, loket, kasir pasar swalayan, orang begitu patuh untuk antri. Begitu patuh untuk mempraktikkan sikap ‘mengerti dahulu’ kepada orang lain yang lebih dahulu tiba di antrian. Memang sih, di jalur antrian terdapat pak satpam selalu mengawasi. Apakah orang-orang ini tetap mengantri rapi tanpa kehadiran aparat pengaman? Entahlah. Tapi saya masih berusaha berprasangka baik bahwa saat ini budaya kita untuk ‘seek first to understand’ mulai ada dan tumbuh.

Tapi, ada lagi satu hal yang saya lihat sampai saat ini masih terlihat sangat memprihatinkan. Yaitu, lagi-lagi, budaya orang-orang dalam berkendara di jalan raya. Kita bisa lihat di sekitar kita, bila suatu saat terdapat antrian panjang karena kemacetan jalan. Masih saja ada orang-orang yang berusaha menerobos antrian dan ‘memakan’ jalur jalan sisi kanan mendahului antrian kemacetan jalan. Mereka tidak sadar bahwa yang mereka lakukan bepotensi untuk justru semakin membuat jalan menjadi macet. Dan lebih dari itu, yang mereka lakukan adalah sebuah praktek ‘kontraproduktif’ untuk tidak peduli kepada orang lain. Bayangkan kalau di dalam mobil yang nyelonong itu, juga terdapat anak-anak mereka. Apa kira-kira pelajaran yang mereka peroleh dari kejadian itu?

Pagi itu, di kantor bank itu, untuk mengurangi dan meredakan rasa bersalah dan kemrungsung saya. Saya pun kemudian mengambil keputusan untuk menelepon kantor memberitahukan agar pertemuan bisa jalan duluan tanpa kehadiran saya, karena saya baru akan tiba setengah jam kemudian. Kemudian saya berusaha untuk mencairkan suasana dengan cara beramah tamah dengan orang di belakang saya berdiri mengantri, alias sang bapak tua tadi.

Dan luar biasa! Basa-basi singkat dengan sang bapak tua itu selama kami mengantri, telah memberikan begitu banyak pelajaran kepada saya tentang bagaimana sang bapak memahami kehidupan. Saya belajar untuk mulai bisa merasakan bagaimana bisa seseorang yang tahu akan diserobot jalan antriannya, justru tetap tersenyum, berhenti dan memberi jalan sambil mempersilakan untuk duluan.

Dan kalau dirunut-runut. Semua itu hanya bisa terjadi ketika tertanam sebuah sikap proaktif, mampu melihat ‘end in mind’ , memulai yang utama, legawa untuk berpikir menang-menang dan bisa mengerti dahulu sebelum menuntut orang lain untuk mengerti dirinya. Si bapak tua belum pernah belajar Seven Habit. Tapi sikap budaya itu seperti telah menjadi perilakunya. Lagi-lagi saya harus malu.

Dan pagi itu saya masih juga harus merasa malu kepada teman-teman yang menunggu saya untuk pertemuan di kantor. Karena kenyataannya memang, dari keputusan sikap yang saya ambil terhadap mereka pagi itu, mereka tetap berusaha untuk ‘mengerti dahulu’…[pitoyo amrih]

Have a positive day!
Salam, Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
The 7 Habits of highly effective people
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach” "Kita-lah yang menciptakan realita kita sendiri"

Hanya ada Sedikit Kesenangan dan Daya Tarik di Setiap Kemudahan

Bila kita mau berjuang untuk mengerjakan sesuatu bukan karena mudah, tetapi memang karena memang sulit.  Memang pada kenyataannya, di dalam banyak kemudahan terdapat sedikit daya tarik dan tantangan.

Ketidak beradaan daya tarik, tentunya membuat siapa pun takkan menemukan kesenangan. Kesulitanlah yang  senantiasa memberikan tantangan dan menarik minat, gairah dan menumbuhkan daya cipta.  Maka, hanya orang-orang yang berani dan berjiwa besarlah yang mampu mengatasi kesulitan. Sedangkan mereka yang lemah akan lebih menyukai mengerjakan soal-soal mudah.

Ajaklah orang-orang untuk mendaki gunung yang penuh jurang terjal, mengarungi hebatnya deras
sungai,  dan menjelajahi hutan belantara yang masih perawan. Katakan bahwa bagi mereka cuma
tersedia batu keras nan dingin sebagai tempat merebahkan badan, atau air embun dan rumput kering sebagai penawar lapar dan dahaga. Maka, Anda hanya akan mendapati satu-dua wajah gagah berani, dengan tatapan kekar, serta tekad baja untuk menaklukkan semua itu. Semua itu adalah sebuah ilustrasi dari pencapaian puncak keberhasilan dalam wadah visi dan tujuan pribadi dan organisasi.

Memang hanya sedikit sekali orang yang bernyali menghadapi kesulitan dan tantangan besar. Namun, percayalah, dari yang sedikit itu anda akan dapati sesuatu yang luar biasa banyak. Karena itulah, kita sebut mereka pahlawan keberhasilan. (by Mohamad “Bear” Yunus)

Para pemenang berkonsentrasi pada upaya meraih kemenangan; pada pecundang berkonsentrasi pada asal selamat (John C. Maxwell)

Jangan membantah kelemahan orang lain. Jangan pula mempertahankan kelemahan anda. Bila anda melakukan kesalahan, akuilah, benahilah, dan belajarlah darinya, segera. (Stephen Covey)

Jangan pernah mengabulkan mentalitas coba-coba. Lalukan sesuatu atau tidak sama sekali. Keberhasilan tidak memihak pada filsafat coba-coba (YODA)

Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan-kesulitan yang
berhasil diatasi.

Senin, 28 Mei 2012

Training Karyawan Itu Tanggungjawab Atasan

Dalam pengamatan saya, masih sangat banyak karyawan yang mendapatkan training kurang dari 8 jam per tahun. Banyak juga yang hanya 2 jam. Bahkan mereka yang sudah bekerja selama bertahun-tahun banyak sekali yang tidak mendapatkan training sama sekali. Mobil Anda, pasti membutuhkan perawatan setiap 20,000 kilometer. Ganti oli setiap 5,000 kilometer. Dan tambahan tekanan angin pada ban kapanpun dibutuhkan.

Orang-orang yang Anda pimpin kira-kira membutuhkan perawatan serupa itu. Setiap bulan, mereka membutuhkan lebih dari sekedar gaji. Mereka juga butuh penyegaran bagi jiwanya, motivasi yang mengobarkan semangatnya. Pencerahan yang mampu menumbuhkan optimisme didalam dirinya. Jika Anda merasa tidak memiliki cukup budget training untuk mengirimkan semua karyawan ke ruang-ruang training yang mahal, Anda tenang saja. Bukan hanya Anda yang mengalami hal itu. Semua atasan mengalami masalah serupa. Ada sih atasan yang tidak pusing. Yaitu, atasan yang tidak begitu memikirkan program pengembangan bagi anak buahnya. Apakah Anda termasuk atasan yang peduli pada pengembangan anak buah?  

Selama Anda peduli pada mereka, maka sudah bisa dipastikan jika berapapun budget training yang Anda dapatkan tidak akan pernah cukup. Mengapa? Karena ilmu itu begitu banyaknya. Oleh sebab itu, para pemimpin seperti kita ini dituntut untuk bisa melakukan suatu program pengembangan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Itulah yang saya lakukan dulu ketika masih bekerja sebagai seorang profesional.
Meski sekarang saya sudah berprofesi sebagai Trainer Profesional  yang memang mendapatkan bayaran dari pelayanan training yang saya berikan, namun saya tidak pernah henti memikirkan; bagaimana caranya para atasan mengelola program pengembangan anak buahnya tanpa tergantung kepada budget training mereka.
 Bagi Anda yang tertarik menemani saya terus belajar merancang dan melakukan program training untuk bawahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 kemampuan Natural Intellligence berikut ini:
1. Mulailah dengan hal-hal yang sederhana.
 Kerumitan kita dalam berpikir sering berdampak buruk kepada tindakan yang kita ambil. Banyak orang yang masih mengira bahwa training adalah urusan yang rumit. Padahal training bagi bawahan Anda itu memiliki tingkatan-tingkatannya dari yang sangat sederhana hingga hal yang sangat rumit. Lupakan hal-hal yang rumit jika Anda sudah lama tidak mentraining anak buah Anda. Mengapa? Karena mereka yang sudah lama tidak ditraining – hampir pasti – memiliki agenda penting untuk membenahi hal-hal sederhana.
Contohnya; perhatikan jika beberapa anak buah Anda sering terlambat masuk kantor. Atau, perhatikan jika mereka masih sering mengambil waktu istirahat lebih banyak dari seharusnya. Atau, mereka masih mengulangi pekerjaan karena kesalahan yang tidak perlu. Hal-hal sederhana seperti itu bisa jadi merupakan agenda penting untuk ditangani. Training yang Anda lakukan untuk mereka bisa mulai dari hal-hal aktual seperti itu. Dan untuk melakukannya, Anda tidak membutuhkan Trainer Profesional seperti saya. Anda bisa melakukannya sendiri at no cost at all.
   2.      Fokuslah kepada pemberdayaan.
Training terbaik menurut pendapat saya adalah; training yang mampu meningkatkan kesadaran peserta untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Bukan training yang mahal. Bukan training yang rumit. Bukan training yang dibawakan oleh orang-orang terkenal…..seperti saya (terkenal dari hongkong?). Siapa yang memberi training menjadi tidak terlalu penting, selama dia bisa membuka kesadaran itu. Pilihlah topik training atau materi diskusi soft skills yang mendorong pemberdayaan diri untuk mendampingi training-training technical skills yang Anda berikan. Mengapa? Banyak orang yang sudah terampil bekerja, tetapi tidak memiliki motivasi untuk bekerja secara maksimal. Banyak orang yang mampu, tetapi tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Dan banyak orang yang sudah dewasa namun masih suka menggandoli atasannya untuk suatu urusan yang seharusnya sudah bisa diselesaikannya sendiri. Bukankah prinsip kepemimpinan itu adalah mendapatkan hasil dengan cara mengoptimalkan efek dari pekerjaan orang-orang yang kita pimpin? Jika demikian, maka pemberdayaan diri anak buah kita menjadi salah satu faktor paling penting untuk mewujudkannya. So, fokuslah kepada pemberdayaan.
  3.      Pertimbangkanlah minat mereka.
 Sesekali Anda boleh menanyakan kepada anak buah Anda; topik training apa sih yang mereka inginkan? Banyak atasan yang mengira bahwa apapun yang dipikirkannya pasti cocok untuk anak buahnya. Dulu, saya pernah begitu. Dan ternyata saya keliru. Saya baru menyadarinya ketika mengajukan pertanyaan diatas kepada mereka. Hal itu juga membantu saya ‘menemukan’ topik yang tepat untuk mereka. Lebih dari itu, juga membantu saya mendapatkan komitmen mereka. Selama topik itu bisa memperkaya jiwa mereka, menambah energy positif mereka, meningkatkan wawasan mereka; ya hayu-in aja. Percayalah, Anda tidak akan pernah rugi mendengarkan mereka. Bahkan, Anda bisa meminta salah satu dari mereka itu yang menjadi narasumbernya. Hah?! Benarkah? Sungguh, jabatan sebagai atasan tidak menjadikan kita tahu segalanya. Dan posisi mereka sebagai bawahan tidak berarti ilmunya tidak mumpuni. Tidak percaya? Coba saja buktikan sendiri. Anda akan belajar banyak hal dari mereka. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Saat mengembangkan mereka, kita sendiripun ikut berkembang pula.
 4.      Pastikan adanya proses implementasi.
Sungguh, begitu banyak training hebat yang ilmunya menguap segera setelah peserta keluar dari ruang training. Begitu banyak modul tebal yang sama sekali tidak bisa diimplementasikan. Jika Anda meragukan apa yang saya katakan, silakan cek; sebagai atasan apakah Anda pernah mengikuti training seharga ribuan dollar atau puluhan juta? Jika ya, cek lagi, berapa persen dari ilmu mahal yang Anda pelajari itu benar-benar diimplementasikan? Percayalah, saya sendiri pernah begitu. Maka kriteria lain dari training yang berhasil adalah ketika ada perubahan perilaku dan cara bekerja setelah mengikuti training. Soal ini juga tidak terlalu dipengaruhi oleh trainernya. Undanglah trainer yang terbaik dikelasnya menurut penilaian Anda (bukan menurut klaim trainernya). Lalu biarkanlah anak buah Anda yang sudah ikut training itu tanpa Anda intervensi. Maka saya yakin, sehebat apapun trainer dan trainingnya, para peserta tidak akan secara voluntary mengimplementasikannya dalam aktivitas kerja sehari-hari. Mereka hanya akan mengimplementasikannya, jika dan hanya jika sebagai atasannya; Anda mengkondisikan dan memastikan adanya proses implementasi.
5.      Jagalah konsistensi iramanya.
 Ingatlah kembali mobil Anda yang membutuhkan perawatan rutin dan berkala. Hanya dengan kedisiplinan dan menjaga konsistensi perawatannya saja Anda akan bisa menjaga performanya. Begitu pula dengan kualitas kerja orang-orang yang Anda pimpin. Butuh konsistensi dalam pengembangan dan penyegaran pribadinya agar Anda mendapatkan hasil optimal. Bahkan oli mesin terbaik pun harus dikuras, lalu diganti lagi dengan yang baru. Begitu pula dengan motivasi dan moral kerja anak buah kita. Harus selalu kita ganti dengan yang baru dan lebih menyegarkan. Jika tidak, maka mereka akan mengalami keausan dalam mesin kinerjanya. Anda pun kehilangan performanya. Setiap 5,000 kilometer, oli mesin Anda diganti. Setiap bulan, karyawan Anda pun membutuhkan penyegaran tanpa harus selalu bergantung kepada berbagai keterbatasan.

Percayalah, saya pernah berada pada posisi seperti Anda. Tetapi, untuk team saya; masih ada 1 kali pertemuan penyegaran setiap bulan yang kami lakukan secara mandiri. Biayanya? Rp. 100,000.- pun cukup untuk membuat graham semua orang mengunyah sesuatu. Soal ini, saya berani katakan; “ANDA BISA!”, Insya Allah.

Mari sekali lagi kita perhatikan ke-5 hal diatas. Anda bisa melakukan semuanya. Meskipun Anda tidak sanggup mengundang trainer eksternal ke ruang kelas Anda. Caranya? Banyak. Sesekali, Anda sendiri yang harus tampil didepan kelas. Anda bisa menunjuk seorang staf untuk berbagi ilmu kepada teman-temannya. Anda bisa meminta kepala departemen lain untuk mengisi acara di team Anda. Atau, Anda juga bisa MENGGUNAKAN salah satu artikel yang saya tulis untuk dibahas didalam kelas. Silakan lho, dibayar pakai doa pun sudah lunas. Anda bisa melakukannya dengan mengoptimalkan sumber daya internal yang ada.

Janganlah lagi menjadikan keterbatasan budget training sebagai alasan untuk menihilkan proses pelatihan bawahan Anda. Berhentilah berangan-angan untuk selalu mengundang pembicara dari luar. Fungsi Trainer Profesional  itu seperti ‘pemeran pembantu’ dalam sebuah film. Sedangkan Anda, adalah pemeran utamanya.

You are the movie star!

Memang banyak manfaatnya untuk mengundang trainer dari luar. Tetapi percayalah, diluar sana tidak ada trainer yang bisa menggantikan Anda sebagai pemeran utama dalam film berjudul; “GROW YOUR PEOPLE!”     Mari Berbagi Semangat! DEKA – Dadang Kadarusman – 6 September 2011 Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (rencana terbit Oktober 2011) 2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011 http://www.dadangkadarusman.com
 Catatan Kaki: Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil alih tanggung jawab pengembangan anak buah kita, selain kita sendiri sebagai atasannya.

Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di  Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.   Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.   Follow DK on Twitter @dangkadarusman __._,_.___ Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic Messages in this topic (1) Recent Activity: New Members 1 Visit Your Group -> Para ALUMNI PRAKTISI NLP INDONESIA! Sekarang sudah bisa mengasah dan mempertajam NLP di event gathering bulanan "ANCHOR CHAIN"! -> "BE HAPPY! GET WHAT YOU WANT!' Buku NLP mudah dan praktis, karya Hingdranata Nikolay, sudah hadir di toko buku Gramedia!  Pelajari bagaimana menjadi bahagia dan mendapatkan yang Anda inginkan! -> Program LICENSED PRACTITIONER OF NLP Angkatan ke-10 dan LICENSED MASTER PRACTITIONER OF NLP Angkatan ke-5! Hubungi segera ke Tina/Caecil: 021-64700221/64700422

Keputusan Dibuat Berdasarkan Pilihan Terbaik Pada Saat Itu

Coba ingat kembali dalam memori kita, pernahkah kita sesali keputusan yang telah kita ambil ?
tak dipungkiri tentu diantara kita pernah menyesali keputusan yang hasilnya mungkin tak seperti
yang kita harapkan meski telah melalui proses pemikiran dan pertimbangan yang tidak sedikit dan
kita pikirkan masak-masak. Tak perlu gundah dahulu dan tak perlu sesali apapun keputusan yang
kita kita ambil dan jalankan karena keputusan yang telah kita buat dan putuskan adalah memang
keputusan yang terbaik pada saat itu.....

Pahamilah waktu memang terus melangkah laju ke depan tanpa menghiraukan kita yang tertinggal  atau ingin kembali untuk menghapuskan jejak-jejak langkah yang kita torehkan meski  sesekali kepala menengok ke belakang. Yang pasti tiada jalan kita tuk kembali karena
Memang masa lalu tak akan pernah kembali dan yang ada hanyalah masa ke depan yang harus kita
hadapi dengan bekal keberanian.

Pahamilah, kita tidak akan dapat mundur ke belakang, kita hanya dapat mengevaluasi kembali segala tindakan dan keputusan yang telah kita ambil dan jalankan. Tak salah ketika penyesalan tidak akan pernah mengubah masa lalu dan tiada berguna menyesalinya berkepanjangan yang membuat energi dan pikiran kita habis terbuang. Introspeksi dan perbaiki keputusan-keputusan dan belajarlah dari banyak kesalahan yang terjadi.

Tak mengapa tuk sesekali tengok ke belakang bila hanya sekedar membuat langkah berbeda sebagai langkah perbaikan. Anggaplah ia sebagai kerikil-kerikil seperti pandangan sinis orang disekitar yang mencobah goyahkan keyakinan kita, yang mesti disingkirkan dari jalan tujuan yang hendak kita lewati. Itulah  mengapa orang bijak pernah berkata penyesalan berkepanjangan tiada guna dan tak mengubah apapun.

Satu hal penting saat kita memutuskan sesuatu adalah kita telah  belajar untuk menghargai keputusan
kita dan apapun meski mungkin tak mengenakkan hasilnya dan sangat mengecewakan. Tak perlu sedih,
kecewa, gundah, dan marah dengan segala keputusan dalam hidup ini .. keputuasan memilih pendidikan
yang ditekuni, keputusan memilih pasangan hidup, keputusan memilih tempat tinggal, keputusan memilih
teman dan sahabat sejati,  dan keputusan-keputusan  memilih apapun untuk hidup kita.... Pahamilah nilai
sebuah tanggung jawab diri kita petik di saat kita  menghormati sebuah keputusan. Jadi, tak alasan kita
untuk menyesal  dengan keputusan yang  telah  kita ambil, bukan!

Jadi, tak perlu  menyalahkan segala penghambat jalan kita meski sebuah kerikil kecil di celah-celah
jari kaki kita, singkirkan dengan begitu langkah kaki melangkah lebih mulus. Keberanian menghadapi hidup
adalah kunci keberhasilan mengarungi buasnya samudera kehidupan untuk menggapai pulau
kemenangan. Bila tidak, tak salah kehidupanlah yang mengendalikan kita, bukan! (by Mohamad ”Bear” Yunus)

Ketika kita mengubah diri, maka semua yang kita dapatkan di luar diri kita akan berubah (Jim Rohn)

Jika kita tidak mau merumuskan tujuan hidup bagi diri kita, maka kita akan bekerja untuk merealisasikan
tujuan hidup orang lain (Brian Tracy)

Ketika kita menentukan keputusan hidup, maka saat itulah nasib kita sudah dicetak (Anthony Robbins)

Have a positive day!

Salam, Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach” "Keputusan dibuat berdasarkan Pilihan Yang Terbaik Pada Saat itu"

Sabtu, 26 Mei 2012

Idealisme Seorang Mahasiswi Ketika Ujian Skripsi

Sumber : kaskus.co.id 
Sumbangan dari Agan : mirza3m
 
[SALUT] Seharusnya Mahasiswa Indonesia Seperti Ini

  Patut dicontoh gan!


Quote:
Hari ini, saya hadiahkan apresiasi tertinggi kepada seorang mahasiswi. Ia tampil sangat elegan menghadapi lima dosen penguji. Ia pertahankan karya ilimiahnya dengan penuh spirit, tiada ‘ketakutan’ yang tergambar di wajahnya. Iapun tak segan-segan minta pertanyaan diulangi kepada seorang professor. “Maaf Prof. Apa pertanyaannya boleh diulangi?”



Tiada perlulah saya ceritakan bagaimana debat ilmiah itu dimulai. Saya terkesima saat sang professor berucap tegas: “Mestinya Anda merujuk ke teori yang ada”. Dengan sigap sang kandidat menjawab: “Saya jenuh dengan teori orang lain Prof. Saya justru ingin membuat teori”. Kian terkesima saya mendengar langsung sanggahan mahasiswiku ini.

Saya amati, mahasiswi ini sangat ekspresif. Ia bangga ungkapkan apa yang dia inginkan. Calon sarjana ini sungguh memukau di mata saya. Pertama kalinya, saya sebagai penguji kagum dengan anak ini. Saya perhatikan, tak ada ucapan berlebihan dan subyektif akan jawaban-jawaban mahasiswi ini.

Hari ini cita-cita saya tergapai, lama sudah saya rindukan sebuah ujian skripsi berlangsung debat ilmiah. Bukan sebuah formalitas yang membuat suasana ujian jauh dari atmosfir akademik. Skripsi adalah buatan murni seorang mahasiswa akhir. Saya sangat percaya, mahasiswi ini membuat skripsi dengan penuh naluri keilmuwan, roh skeptisnya terhadap sebuah perkembangan keilmuan benar-benar tampak dari hasil karya dalam penguasaannya. Potret ini sangat berbeda ekstrim jika seorang mahasiswa akhir yang skripsinya ‘dibuatkan’ orang lain. Wajahnya penuh ketegangan, ketakutan, dan terhantui rasa non akademis dan rasa bersalah.

Hari ini, durasi ujian berlangsung alot dan menyita waktu dua jam. Bukan basa-basi, perdebatan benar-benar sarat keilmiahan. Bahkan ada penguji yang dibuatnya ‘grogi’, karena pemandangan ilmiah ini pertama terjadi di kampus ini. Apalagi setingkat ujian skripsi, yang identik dengan manut-manutnya seorang kandidat. Angguk-angguk kepala bukan sepenuhnya menunjukkan sebuah kesopanan tetapi tak lebih dari sebuah rasa takut ketidaklulusan alias UJIAN ULANG.

Saya sering terheran-heran, seorang kandidat di ujian thesis malah tak sanggup mempertahankan karya ilmiahnya, padahal yang lebih menguasai thesis buatannya itu adalah dirinya sendiri. Bukan dosen penguji.

Ketakutan apakah yang sebetulnya di diri setiap kandidat?. Sungguh saya sayangkan sebab ajang ujian skripsi, thesis, bahkan disertasi kadang menjadi momok non teknis, terjatuh bukan lantaran nuansa akademik tapi karena faktor lain yang di luar marka-marka akademik.

Di akhir ujian skripsi sang mahasiswi ini, kami berlima sebagai penguji melakukan rapat penentuan kelulusan/ketidaklulusan. Dimintalah sang mahasiswi ini berdiri di depan meja ujian. Sang profesor menyampaikan rekapitulasi hasil ujian, penuh ketegasan profesor ini membacanya: “Saudari kandidat. Setelah memperhatikan proses ujian, nilai dari setiap penguji serta sikap Saudari selama ujian berlangsung. Maka dengan ini, Saudari dinyatakan tidak lulus”.

Pembacaan hasil keputusan ini tak membuat sang kandidat goyah, sedih, apalagi menangis. Ia malah berucap: “Terima kasih Prof. Saya tidak terima ketidaklulusan ini. Saya mohon tunjukkan dimana kesalahan jawaban saya sehingga nilai saya rendah. Jika terbukti secara ilmiah, jawaban saya salah. Saya terima hasil keputusan ketidaklulusan saya”.

Sang profesor diam sejenak, beliau lalu berkata: “Andai semua mahasiswaku seperti Anda, sayalah orang yang paling bangga di dunia ini. Anda benar-benar memperjuangkan hak-hak akademik Anda. Budaya debat ilmiah dari Anda membuat saya kagum. Kami nyatakan Anda LULUS dengan Cum Laude.

Jumat, 25 Mei 2012

Lima Cara Memainkan Peran Dalam Dunia Kita

Peran Pribadi Di Dunia Kecil Kita

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Dunia kita terbilang besar. Buktinya, tak seorangpun pernah menginjakkan kakinya di setiap jengkal tanah. Dunia kita juga kecil. Buktinya, kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempat atau lingkungan yang itu-itu saja. Di awal milenium ketiga, kita menyebut dunia sudah menjadi datar. Mungkin, hari ini kita boleh mengatakan jika dunia sudah mengkerut. Betapa tidak? Jarak sudah tidak lagi relevan dizaman ini. Pengaruh tindakan kita bisa secepat kilat menyebar ke seluruh dunia. Gagasan yang dilontarkan seseorang di New York City, bisa sampai ke Jakarta dalam sepersekian detik.

Sebaliknya, gagasan yang kita bagikan di Jakarta, bisa memasuki setiap lorong jembatan komunikasi di seluruh dunia dalam sekejap mata. Kecilnya dunia, tidak hanya berupa kiasan. Tetapi juga bermakna sebenarnya. Lingkungan yang kita tinggali, adalah dunia kecil yang sesungguhnya. Sudahkah kita memainkan peran pribadi untuk menjadikan dunia kecil kita lebih baik dari hari ke hari?   Sudah lama saya tidak menggunakan jembatan yang menghubungkan Polda Metro Jaya dan Plaza Semanggi. Ketika kesana kemarin, suasananya berbeda sekali. Sejak menginjak tangga pertama, saya tidak melihat sampah atau debu yang biasanya menumpuk. Begitu tiba diatas, saya mengerti; mengapa jembatan itu sedemikian bersihnya. Ada seorang pribadi istimewa yang beringsut-ingsut menyapunya. Mengapa dia istimewa? Karena tubuhnya tidak sesempurna kebanyakan orang. Namun, dengan tangan yang hanya sebelah itu, dia melakukan sesuatu yang membuat lingkungannya menjadi bersih. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, dia telah memainkan peran penting untuk menjadikan dunia kecilnya indah. Bagaimana dengan kita?

Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar mengambil peran pribadi dalam dunia kecil yang kita huni, saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:

1. Pilihlah peranmu sendiri.
Ada yang berperan sebagai pengemis, pedagang, pejalan kaki, pembuang sampah, bahkan mungkin juga disana ada pencoleng. Tetapi, Bapak yang tubuhnya tidak sesempurna kita itu memilih perannya sendiri. Peran yang sungguh membuat dunia kecil itu begitu indah. Semua jembatan penyeberangan membutuhkan orang yang mau memilih peran positif seperti beliau. Dunia kecil yang kita tinggali juga sama. Dunia kecil kita, bisa saja berupa ruang kantor yang yang kita datangi setiap hari. Komplek perumahan yang kita tinggali. Atau komunitas dunia maya dimana kita bergabung didalamnya. Didalam dunia kecil kita, setiap orang mengambil perannya sendiri-sendiri. Pribadi istimewa itu menunjukkan bahwa dimanapun kita berada, hendaknya kita memilih peran kita sendiri. Beliau memberi contoh agar kita mengambil peran yang bernilai dan memberi dampak positif bagi dunia kecil kita. Beliau tidak memiliki kesempurnaan fisik. Namun jiwanya begitu sempurna. Pakaian yang beliau kenakan dipenuhi dengan debu. Namun, hati beliau berkilau dengan cahaya. Melihat beliau, seolah sedang menyeru sebuah kalimat indah; “Wahai pribadi-pribadi yang fisiknya sempurna, sudahkah engkau memilih peran untuk memperindah dunia kecilmu?”

2. Mainkanlah peran pilihanmu sendiri.
Secara struktural, Dinas Kebersihan DKI bertanggungjawab untuk memastikan semua jembatan penyeberangan dan fasilitas umum di Jakarta tetap bersih. Tetapi, menumpahkan semua tanggungjawab itu kepundak petugas kebersihan sungguh tidak realistis. Pribadi istimewa itu, memainkan perannya dengan piawai tanpa banyak bicara, karena beliau faham benar bahwa perannya memang bukan sebagai ‘pembicara’. Beliau sadar bahwa tempat para pembicara adalah di ruang-ruang meeting dan forum ilmiah. Bukan didunia kecil yang dihuninya. Tidak cocok jika dia berbicara ditempat itu. Di kantor atau di lingkungan rumah kita juga sama. Setiap orang memiliki perannya masing-masing untuk memperindah dunia kecil itu. Sayangnya kita masih sering menggerutu. Pak RT dan Pak managernya kurang perhatian. Pak direkturnya sibuk sendiri. Pak Presidennya kurang tegas mengambil keputusan. Barangkali, memang itulah peran yang mereka pilih untuk dunianya. Namun, pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, tidak tertarik untuk menghakimi peran orang lain. Dia memilih untuk memainkan peran penting yang dipilihnya sendiri; menjadikan dunia kecilnya indah. Sudahkah kita memainkan peran yang kita pilih?

3. Jauhilah sifat pamrih kepada manusia.
Pribadi istimewa itu memiliki begitu banyak pilihan untuk meminta imbalan. Bahkan imbalan untuk sekedar duduk disana. Dia bisa saja mengemis seperti ‘penghuni’ lainnya. Tetapi tidak melakukannya. Dia bisa saja meminta upah atas pekerjaan pembersihan yang dilakukannya. Tetapi, dia juga tidak lakukan. Jika Anda melintas di jembatan itu, tataplah wajahnya. Anda tidak akan melihat isyarat meminta imbalan kepada Anda yang melintasi jembatan yang dibersihkannya. Jelas sekali jika beliau tidak memiliki pamrih kepada manusia. Jadi, siapa yang membalas jasanya? Kita yang bertubuh sempurna ini sering menuntut imbalan dimuka. ‘What in it for me?’ begitulah bahasa kerennya. Kalau tidak ada imbalannya, ngapain saya melakukannya? Tuhan menggerakkan hati orang-orang baik untuk berbagi rezeki dengan pribadi istimewa yang telah berbuat baik dalam dunia kecilnya itu. Semoga Tuhan pun berkenan untuk menjamin kecukupan dan berkah nafkah orang-orang yang tanpa pamrih memainkan peran positif bagi dunia kecilnya masing-masing.

4. Hunilah dunia kecil yang sudah kita benahi.
Hitungan matematis kita sering mengkalkulasi untung dan rugi. Rasanya rugi sekali jika kita melakukan tindakan baik tetapi orang lain yang menikmatinya. Enak di elo, susah di gue!  Apalagi jika manfaat tindakan baik yang kita lakukan itu didapatkan oleh orang-orang yang tidak kita kenali. Pribadi istimewa itu tidak mengenal saya. Tidak juga mengenal orang lainnya yang berjalan hilir mudik. Tapi saya percaya sepenuhnya bahwa setiap orang yang melintas disana merasakan nyamannya berjalan dijembatan penyeberangan yang bersih lagi rapi. Berbeda 180 derajat dengan kebanyakan jembatan penyeberangan lainnya yang penuh sampah, bahkan kadang berbau pesing. Orang itu melakukan sesuatu untuk orang-orang yang tidak dikenalnya. Tetapi lebih dari itu, beliau sendiripun turut merasakan kebersihan yang diciptakannya sendiri. Jika kita bersedia untuk melakukan sesuatu bagi keindahan dunia kecil kita, maka bukan hanya orang lain yang bisa memetik manfaatnya. Kita sendiripun bisa merasakannya. Bahkan boleh jadi, kepuasan didalam hati kita melampaui kenikmatan fisikal yang kita dapatkan. Maka benahilah dunia kecilmu. Dengan begitu, engkau akan menghuni tempat yang lebih indah untuk dirimu.

5. Rancanglah dunia kecil masa depanmu.
Iman kita memberitakan tentang sebuah tempat yang menjadi asal muasal diri kita. Semua orang berusaha untuk bisa kembali lagi ketempat itu. Tempat dimana manusia pertama yang menjadi nenek moyang sejati kita tinggal. Kita menyebutnya surga. Guru kehidupan saya menceritakan bahwa surga itu sebuah tempat hunian indah nan asri. Setiap rumah dibangun dengan rancangan arsitektur yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki rumah dengan model dan disainnya sendiri-sendiri. Siapakah arsitek yang sedemikian piawainya membuat disain yang bervariasi? Malaikatkah? Bukan. Tuhankah? Bukan. Lantas siapa? Arsiteknya adalah penghuninya sendiri. Lantas, bagaimana orang awam bisa membuat arsitektur hunian yang sedemikian indahnya? Beliau bilang;”Setiap perbuatan baik seseorang, menghasilkan sebuah goresan garis rancangan.” Maka setiap gerakan sapu dari tangan pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, menghasilkan satu garis indah dalam rancangan arsitektur rumah surganya. Perbanyaklah perbuatan baik, agar disain rancangan rumah surgamu menjadi semakin sempurna. Karena kesempurnaan rancangan hunian abadi kita, ditentukan oleh kesempurnaan amak baik yang kita lakukan untuk dunia kecil kita.

 Dunia yang kita huni adalah cermin yang memantulkan perilaku kita apa adanya. Selama masih ada orang yang peduli untuk selalu membuatnya menjadi indah, maka dia akan selalu memperlihatkan pantulan indah. Tetapi jika tak seorangpun peduli, dunia kecil ini pun akan memperlihatkan citra ketidakpedulian penghuninya. Jika kita masih sering merasakan dunia kecil kita tidak nyaman untuk dihuni, mungkin karena tak seorangpun bersedia untuk membenahinya. Jika kita tidak melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin ada orang lain yang akan melakukannya. Mungkin juga tidak. Tetapi jika kita bersedia melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin kita bisa membuat sebuah perbedaan kecil, namun cukup bermakna. Dunia seperti apakah yang ingin Anda huni?

Mari Berbagi Semangat! DEKA - Dadang Kadarusman  - 19 Agustus 2011 2 HOURS AT YOUR BUDGET™  Since 17 August 2011 Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku” Website: http://www.dadangkadarusman.com

Catatan Kaki: Ketika kita sibuk mempermasalahkan ketidaknyamanan lingkungan kita, seseorang yang tubuhnya tidak sempurna sibuk memperindah dunia kecil yang kita tinggali.


 Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.   Follow DK on Twitter @dangkadarusman __._,_.___ Reply to sender | Reply to group | Reply via web post |

Seberapa Penting Rasa Bersyukur Bagi Kita ?

Mengucapkan rasa bersyukur tidak hanya akan membuat kita menjadi lebih sehat dan bahagia, itu akan mengubah cara kita memandang segala sesuatu dalam kehidupan. Orang yang berbahagia memusatkan perhatian mereka terutama pada orang lain; orang-orang yang tidak berbahagia memusatkan perhatian pada diri sendiri dan berkubang pada rasa kasihan pada diri sendiri dan dalam keragu-raguan. Orang-orang yang bersyukur akan lebih optimis dan akan melihat segala sesuatu dimana mereka berada sebagai suatu kesempaan untuk mendatangkan kebaikan.

Pertanyaannya adalah seberapa penting rasa bersyukur bagi kita ? Mengapa kita harus mempunyai rasa bersyukur? Apakah rasa bersyukur dapat membuat kita menjadi lebih baik ? bersyukurkah kita dengan pengetahuan dan keterampilan, pekerjaan dan materi yang kita miliki saat ini? Bersyukur kah kita dengan keberhasilan-keberhasilan yang sudah kita peroleh ? bersyukurkah kita memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia, tetangga, teman-teman dan sahabat-sahabat yang baik dan tulus, dan masih banyak pertanyaan lainnya di dalam kepala. Tetapi pahamilah bahwa dari semua sikap yang dapat kita peroleh, sudah tentu sikap bersyukur adalah yang terpenting dan sikap yang paling mengubah kehidupan.

Mari kita simak metofora dalam sebuah cerita pendek di bawah ini :

Dikisahkan seorg petani miskin memiliki seekor kuda putih yg sangat cantik & gagah. Suatu ketika, ada seorang saudagar kaya raya ingin membeli kuda itu & menawarkan harga yg sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak berkeinginan menjualnya. Teman-teman dan tetangganya menyayangkan dan mengejeknya, karena tidak mau menjual kudanya tersebut.

Keesokan hari nya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka tetangga dan teman-temannya berkata : sungguh jelek nasibmu, padahal kalau kau kemarin di jual kamu bisa menjadi orang kaya, sekarang kudamu sudah hilang. Si petani miskin hanya diam membisu saja.

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu tetangga dan teman-temannya berkata : wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan. Si petani hanya diam seribu bahasa saja.

Beberapa hari kemudian, anak si petani yg sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Tetangga dan teman-temannya, berujar : rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah. Si petani tetap diam tanpa komentar.

Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa utk berperang, kecuali si anak petani, karena tidak bisa berjalan. Tetangga dan teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis : ”beruntung sekali nasibmu, karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami”

Si petani kemudian berkomentar : Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dengan  mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Bersyukur & terimalah keadaan yg terjadi saat ini, apa yg kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Apa yg buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok.

Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah : "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam hidup kita,dengan usaha semaksimal mungkin"..

(Yang Pasti, aku bangga dan sangat bersyukur memiliki orang tua, istri, mertua, saudara2, tetangga, teman2, dan sahabat2  yang  Hebat -
Mohamad ”BEAR” Yunus)

Have a positive day!

Salam, Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach” "Kita-lah yang menciptakan realita kita sendiri"

Kamis, 24 Mei 2012

Merayakan Perbedaan Untuk Membangun Sinergi

Mari kita Rayakan Perbedaan GuNa MeMbanGun SiNeRgi

Membicarakan atau mendiskusikan tentang sebuah kata perbedaan rasanya takkan pernah habis oleh waktu.Bila kita telaah lebih jauh, perbedaan seringkali membuat kita mudah terjebak pada pergesekan, perselisihan, ketidaksalingpahaman, hingga permusuhan dan baku hantam di ruang – ruang perundingan, media manapun, atau sarana apapun  seakan begitu mudah terjadi. Tak heran sebagian dari kita lebih menyukai untuk memerasseluruh energi, pikiran, dan waktu dalam diskusi-diskusi dan pembicaraan untuk sebuah perbedaan yang sebenarnya mungkin maknanya sederhana saja hanya demi sebuah kepuasan hati atau ego yang tak perlu.

Entah itu di lingkungan internal organisasi antara atasan bawahan, antar departemen, di lingkungan sosial,
di lingkungan atau komunitas profesi apapun, dan sebagainya.  Memang semestinya kita jangan berharap
untuk mencapai sebuah kesepakatan dengan semua orang yang kita temui maupun orang yang kita ajak diskusi di dunia maya. Pahamilah oleh kita bahwa ketenangan hati tidaklah pasti tercipta karena semua orang
mengganggukan kepala sebagai petanda setuju dengan apa yang kita sampaikan. Di sisi lainpun saat semua
orang yang  mendukung kita sekalipun tidak akan selalu  menciptakan suatu keharmonisan yang  kita damba, bukan!

Nampaknya kita perlu menyadari bahwa setiap orang pasti berbeda baik dengan ribuan alasan dan pendapat yang dimilikinya meski hidup dalam situasi dan kondisi alam yang sama. Termasuk dalam isi kepala kita pun begitu banyak pikiran campur aduk menjadi satu tanpa harus merasa berdesakan satu sama lain. Masing-masing pikiran mengisi ruang-ruangnya yang ada dalam otak kepala kita.

Itulah sebabnya setiap orang mempunyai dunia dan keunikannya masing- masing. Mungkin saja menurut seseorang yang kurang waras kitalah yang dianggap sebagai tidak waras, menurut teman saudara istri atau suami bahkan bawahan kita sekalipun kitalah yang kadang dianggap tidak mengerti dengan pemahamannya. “The map is not the teritorry"  atau "there is a positiveintention in every behaviour" yang membuat sering terjebak oleh judgment yang tak semestinya yaitu menilai niatnya bukan perilakunya - hanya karena orang lain tidak sependapat dengan pendapat kita.
Pahamilah Memang proses berpikir setiap orang pasti berbeda karena banyak filter yang dipergunakan di dalam berpikir untuk memberikan anggapan dan perperilakupun berbeda. So, mestinya kita mampu tersenyum karena kita tahu dengan baik mengapa orang lain memiliki pendapat yang berbeda.

Mulailah kita mencoba untuk belajar memahami, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Dan seharusnya pula kita menghormati ketidak setujuan orang lain atas pendapat kita. Ketidakmampuan kita menerima perbedaan mengakibatkan perilaku kita terhadap orang yang berbeda menjadi sangat berbeda. Bahkan yang lebih buruk kita menyeret orang lain untuk ikut serta dalam ketidak terimaan kita atas perbedaan orang lain. Pemaksaan kehendak bukanlah cara terpuji untuk mencapai kesepakatan. Keharmonisan diperoleh saat ketika kita bisa saling berjabatan tangan tanda
sepakat untuk tidak sepakat.

Seperti Covey bilang "win win or no deal"  dan membangun "synergizing - we see the world as we are' artinya 1 + 1 bukanlah 1 melainkan bisa menghasilan 10,50,100, bahkan ribuan.  Itulah bangunan bernama
“Sinergi” yang terbentuk dari beragamnya perbedaan, karena memang beragamnya perbedaan tentunya tersirat beragamnya Kemampuan dan potensi yang bisa dimanfaatkan bersama dengan sebaik-baiknya.

Kedamaian hati dicapai di kala kita tidak saling memaksakan kehendak menuju arah yang satu. Karena bumi bulat, kemana pun mata angin terarah, kelak tiba di tempat semula. Jadi, janganlah perbedaan membuat keharmonisan yang telah terbina menjadi lebur bercerai berai diterpa angin.

Marilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain.
Kita boleh saja untuk menerima meski belum tentu kita menyetujuinya, tak mengapa karena kita tetap menghargainya dan menghormatinya demi kebaikan bersama. Itulah perbedaaan karena memang ia bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan, bukan ! (by : Mohamad “Bear” Yunus)

Have a positive day!

Salam, Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach” "Kita-lah yang menciptakan realita kita sendiri"

Tujuh Cara Ampuh Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Anda  
Apakah anda merasa kurang percaya diri ? Maka ada beberapa cara untuk
meningkatkan rasa percaya diri dalam diri anda. Pasti anda akan menjalani
hidup dengan rasa optimis. Simak berikut ini agar anda bisa meningkatkan
rasa percaya diri.
Akui Kesuksesan. Luangkan beberapa menit setiap harinya untuk melihat
hal-hal baik yang telah anda lakukan pada hari itu. Saat anda mencoba
menghargai usaha yang telah dilakukan meski sekecil apapun maka anda
akan selalu mengingat bahwa anda punya kualitas terbaik sebagai bekal
lebih percaya diri. Siapkan jurnal di samping tempat tidur anda dan jangan
lupa luangkan waktu beberapa menit di setiap malam untuk membuat
daftar pencapaian pada hari itu. Saat anda mulai hilang percaya diri maka
anda bisa membaca ulang jurnal tersebut dan ingatlah betapa hebatnya
anda.
Bergaul dengan orang-orang positif. Janganlah anda bergaul dengan
orang yang hanya pintar mengkritik tanpa memberi solusi. Bertemu
dengan orang-orang ini hanya membuat anda selalu berpikir negatif.
Cobalah berkumpul dengan orang yang punya pikiran positif, suka
membantu dan menghargai anda apa adanya.
Berbusana yang baik. Tidak harus menghabiskan gaji sebulan untuk
meningkatkan harga diri. Cukup pilih busana yang membuat anda nyaman
dan menjadi lebih percaya diri karenanya. Bila anda butuh nasihat
tentang bagaimana berbusana, sebaiknya anda minta saran kepada
teman dekat anda yang memang mengetahui selera anda. Atau teman
yang anda sukai caranya berbusana agar anda juga dapat memperbaharui
penampilan anda tanpa perlu menirunya mentah-mentah.
Ikuti perkembangan berita. Hal ini dilakukan agar anda bisa selalu dapat
berkomunikasi dengan orang sekitar anda. Pastikan anda mengikuti
perkembangan berita terkini dan juga trend apa yang tengah
berlangsung. Luangkan beberapa menit dalam sehari membaca koran
untuk menyimak berita-berita terkini, lokal maupun internasional. Cobalah
anda sempatkan membaca majalah-majalah yang menarik atau melayari
internet akan memberi ide-ide baru yang menyegarkan.
Tetapkan target realistis. Cara terbaik untuk meraih rasa percaya diri
adalah membekali diri dengan rencana pasti. Daripada anda selalu sibuk
menghitung kegagalan yang sudah anda lakukan, lebih baik anda
tetapkan target realitis yang bisa anda selesaikan agar mendapat
perhatian secara utuh. Saat target ini berhasil maka anda bisa
memberikan penghargaan pada diri-sendiri.
Asah kemampuan berbicara. Saat anda mampu menyampaikan isi pikiran
melalui perkataan maka anda mendapatkan rasa percaya diri agar ide
anda didengar. Agar percakapan berlangsung lancar, ada baiknya anda
buat daftar atau alur yang akan dibicarakan. Pikirkan apa yang ingin anda
capai di akhir percakapan dan atur waktu untuk membahas hal tersebut.
Persiapan prima akan membuat anda yakin menjalankan semua tugas.
Bercerminlah. Untuk membangun rasa percaya diri, cobalah mencintai
diri-sendiri. Berdirilah di depan cermin dan pandanglah diri anda dari sudut
pandang yang baik. Dengan membingkai gambaran ini dalam pikiran anda
maka siapapun akan sulit menggoyang anda.

Have a positive day!
Salam,
Yunus Bear

Cara Praktis Membangun Budaya Belajar Di Unit Kerja


Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Sebagai pemimpin, salah satu tugas terpenting Anda adalah; membangun budaya belajar di unit kerja Anda. Dan untuk urusan yang satu ini, kemungkinan besar Anda akan menghadapi banyak tantangan bahkan tentangan. Anda tidak sendirian. Salah satu nyanyian yang paling sering saya dengar adalah lagu yang berjudul “Banyak teori elu mah, Dang!”. Itu ketika saya sharing tentang suatu konsep. Nyanyian nyaring lainnya berjudul “Pamer melulu elu mah, Dang!”. Yang ini ketika saya sharing tentang implementasinya yang pernah saya terapkan. Cara kita merespon ilmu itu laksana tanah merespon air hujan. Jika tanah itu bersedia menerimanya, maka air hujan itu akan meresap kedalam dan menyuburkan. Jika tanah itu menolaknya, maka air yang menyegarkan itu hanya akan melintas dan menimbulkan kubangan. Tetapi, hujan tidak terlampau mempermasalahkan apakah tanah meresponnya dengan penerimaan atau penolakan. Ketika langit mengatakan; “Turunlah engkau wahai hujan…” Maka  hujan pun patuh kepada perintahnya. Anda juga demikian. Jika menghadapi tantangan dan tentangan, tirulah hujan. Karena boleh jadi, ada seonggok tanah yang bersedia menerima setetas air yang Anda jatuhkan. Jikapun tidak ada, maka Anda telah menjalankan amanah langit untuk saling mengingatkan.

Salah satu cara yang saya rekomendasikan untuk Anda coba dalam membangun budaya belajar di unit kerja Anda adalah membuat forum sharing 1 kali sebulan. Mirip seperti acara training berdurasi 2 jam yang diikuti oleh SEMUA orang di unit kerja Anda. Siapa pembicaranya? Mereka sendiri. Biarkan mereka berkeringat ketika pertama kali berbicara di depan forum. Dan biarkan para manager mendengarkan pelajaran dari para staff, karena dalam forum sharing itu; ilmu diposisikan lebih tinggi dari  jabatan. Sebelum dilanjutkan perlu saya sampaikan bahwa sekarang, saya tidak melakukan hal ini lagi. Mengapa? Karena sekarang saya tidak lagi bekerja sebagai seorang karyawan professional yang memiliki anak buah. Namun bagi Anda yang tertarik mempraktekan pengalaman masa lalu saya dalam membangun budaya belajar di unit kerja, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini: 

1.      Mulailah dari komitmen Anda sebagai pimpinan.

Jika Anda hanya ingin mewujudkan budaya belajar secara individu, Anda tidak perlu melakukan apapun. Diantara sekian banyak anak buah Anda, ada sekurang-kurangnya 1 orang yang punya determinasi dan komitmen untuk mengembangkan diri. Tetapi, untuk membangun budaya belajar dan pengembangan secara kolektif, Anda tidak bisa membiarkannya berjalan begitu saja. Banyak orang yang mengira jika budaya belajar itu sangat mahal, menguras waktu yang banyak, dan harus memanggil ‘para guru’ tertentu. Keliru. Budaya belajar tidak dibangun oleh orang luar, melainkan oleh diri mereka sendiri didalam unit kerja Anda. Namun, mereka tidak akan pernah melakukannya jika sebagai pemimpinnya Anda tidak menunjukkan semangat pioneering. Maka mualih dengan menunjukkan komitmen Anda sendiri. Cepat atau lambat, mereka akan mengikuti irama yang Anda mainkan.   

2.      Mulailah dengan Anda sendiri yang berdiri di depan.

Adalah ‘human nature’ untuk mengatakan;’Elu dulu deh, elu dulu…” Oleh sebab itu, pada pertemuan pertama, pembicaranya harus Anda sendiri. Anda beri contoh untuk berdiri di depan kelas itu seperti layaknya seorang trainer. Faktanya, Anda adalah seorang trainer bagi setiap orang yang Anda pimpin. Setelah itu, giliran mereka di sesi-sesi berikutnya. Saya sendiri sempat tertegun ketika di keesokan harinya koordinator yang kami tunjuk menyerahkan sebuah ‘jadwal training’ unit kerja kami selama setahun. Lengkap dengan pembicara utamanya, serta topik apa yang akan dibawakannya. Anda akan lebih terkesan lagi jika menemukan betapa orang-orang yang Anda pimpin itu memiliki kemauan, kemampuan dan komitmen yang tinggi untuk saling berbagi pengetahuan. Tetapi, mereka tidak akan berani memulainya jika pemimpinnya tidak memulai dengan memperlihatkan komitmen dan contoh yang langsung didemonstrasikan. Jadi, mulailah dengan diri Anda sendiri yang berdiri di depan. Teori? Bukan. Ini adalah praktek yang saya terapkan.

3.      Ajaklah para staf senior Anda untuk bersama-sama menunjukkan keteladanan.

Salah satu faktor perusak dalam budaya belajar adalah para senior dan manager yang ogah-ogahan. Dengan otoritas yang Anda miliki, Anda bisa mengajak mereka untuk bersama-sama dengan Anda menunjukkan keteladanan itu. Anda dan para manager harus duduk di ruang sharing itu tidak peduli sesulit apapun keadaannya. Saya memang meminta mereka mengijinkan saya membawa laptop. Sebelumnya, saya membangun pemahaman bahwa, seseorang yang menempati ruang kantor paling besar bisa menelepon saya kapan saja sehingga saya harus selalu siap dengan data yang beliau minta. Mereka setuju dengan satu catatan; lap top hanya dibuka ketika saya benar-benar harus melakukannya. Setiap senior dan manager yang tidak bisa hadir, harus mendapatkan izin khusus dari saya. Dan saya sendiri hanya boleh tidak hadir dengan 3 alasan; (i) sedang tugas keluar kota, (ii) sakit parah, atau (iii) meninggal dunia. Mungkin Anda super sibuk. Tetapi mengalopkasikan waktu 2 jam sebulan untuk pertemuan sepenting itu bukanlah tuntutan yang berlebihan.

4.      Ijinkan para junior menampilkan kemampuan dirinya secara orisinal.

Kita sering melihat seseorang hanya sekedar dalam konteks pekerjaan. Gue atasan elu, dan elu adalah bawahan gue! Tetapi kita sering lupa, bahwa ada begitu banyak aspek hidup mereka yang kita tidak mengetahuinya. Maka dalam forum itu, ijinkan mereka untuk share APAPUN yang menjadi passion mereka. Sampai saat ini, saya masih terkesan dengan sharing tentang ‘Beternak Ikan Mas’  dari seorang data entry. Kekaguman saya belum hilang terhadap salah seorang staf cowok macho kami yang ternyata jago masak dan membikin kue. Saya masih ingat saat sesi dia seorang boss masuk ke ruangan dan bertanya;”What is going on here?” soalnya dinding kedap suara kami bukan sekedar gagal menahan suara tawa kami, melainkan juga meloloskan aroma sedap masakan yang sedang dibuatnya. Satu lagi. Apakah Anda sudah mengenal “Blue Ocean Strategy? Jika ya, darimana Anda tahu soal itu? Beberapa tahun lalu ketika banyak manager yang tidak mengenalnya, seorang staff saya berdiri di depan kelas, dan memberi kami ceramah tentang “Blue Ocean Strategy’. Hari ini pun masih banyak manager yang tidak tahu mahluk apa sih ‘BOS’ itu, bukan?

5.      Buatlah kontes dengan hadiah yang menghibur. Hari gini kagak ada kontes? Yang bener aja! Coba lihat di televisi; apapun serba dikonteskan. Itulah yang kami lakukan dengan forum sharing itu. Para manager dan senior saya tugaskan untuk menjadi juri. Di akhir tahun, mereka memberi saya rekomendasi hasil penilaian terhadap setiap staff yang sudah menjadi pembicara dalam forum kami. Dari hasil penilaian para juri itu kemudian kami memutuskan siapa pembicara terbaiknya. Hadiahnya? Beberapa lembar voucher supermarket bernilai beberapa ratus ribu rupiah. Tidak ada budget? Jika Anda adalah seorang pemimpin yang menganggap bahwa budaya belajar itu penting; mengeluarkan beberapa lembar kertas bergambar Bung Karno dari dompet Anda sendiri tidak akan mengurangi kenyamanan yang Anda peroleh dari fasilitas dan bonus yang selama ini Anda nikmati.

Ada banyak cara untuk membangun budaya belajar di unit kerja kita. Bahkan sekalipun kita bisa mengundang pembicara belabel #1, #2, #3 dan seterusnya. Lagi pula, Anda tidak mungkin mengundang pembicara #2 ketika semua pembicara T-O-P-B-G-T sama-sama menggunakan label #1 dibelakang namanya, bukan? Tetapi, saya bisa katakan kepada Anda dengan seyakin-yakinnya bahwa Pembicara #1 yang sebenarnya itu adalah orang-orang yang ada di Unit Kerja Anda sendiri. Bukan pembicara bayaran seperti saya. Hebatnya lagi, Anda bisa mengundang The Truly Numero Uno Speakers itu hanya dengan modal Rp.50,000.- saja. Itupun tidak masuk ke kantong mereka, melainkan untuk membeli cemilan kecil yang bisa dimakan bersama-sama.

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 30 Juni 2011
Master Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website:
http://www.dadangkadarusman.com

Catatan Kaki:
Semua orang yang ingin berkembang di unit kerja Anda, mendambakan budaya belajar yang kokoh dan konsisten. Tetapi, butuh komitmen kepemimpinan yang kuat untuk menanam benihnya, dan merawatnya sepanjang waktu.

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.



Follow DK on Twitter @dangkadarusman

Rabu, 23 Mei 2012

Kisah Sedih Ibu Penjual Kue Serabi


Di sudut persimpangan jalan itu ia menjejerkan tiga tungku kecilnya. Satu tungku lainnya terbuat dari batu yang disusun hingga menyerupai tungku. Bara api dari kayu bakar yang memerah menyesakki bagian bawah tungku, kemudian satu persatu wajan kecil yang terbuat dari tanah liat di atas tungku itu dituangkan adonan kue serabi. Beberapa orang terlihat menunggu kue serabi itu masak, menikmati kue serabi dalam keadaan masih hangat pasti menjadi sebab mereka rela menunggu kue diangkat dari wajan.

Ibu Ikah, 45 tahun, penjual kue serabi itu selalu terlihat berjualan di sudut simpang jalan. Ia menjajakan serabi di simpang jalan itu hanya di dua pekan terakhir saja, semenjak tanah kosong di sisi kanan persimpangan jalan itu tengah ramai oleh "pasar malam". Rombongan kemedi putar dan aneka mainan rakyat lainnya yang ikut ambil bagian menambah semarak pasar rakyat yang dibuka setiap malam itu. Sudah tentu itu membuat para pedagang seperti Bu Ikah tersenyum senang lantaran jajakannya laris manis.

Tapi malam itu, Ibu Ikah nampak sedih. Setumpuk kue serabi yang sudah
dimasaknya belum terjual, dan bara api pun dipadamkannya sesaat sambil
menunggu pembeli. "Berapa harga satu kuenya bu," sapaan saya membuyarkan lamunannya, entah apa yang sedang dilamunkannya, tapi sangat jelas wajahnya memancarkan kesedihan.

Rupanya, malam itu tak banyak uang yang diperoleh ibu tiga anak itu. "Baru cukup untuk kembali modal saja pak," lirihnya. Pesanan sepuluh kue serabi dari saya membuatnya sedikit tersenyum, kecil terdengar suaranya berucap syukur. Tapi tetap saja belum menghilangkan gurat muram di wajahnya. Lukisan di wajahnya itu yang memaksa saya untuk lebih lama lagi di tempat itu, namun bukan untuk menambah pembelian jumlah kue. "Sudah berapa kue terjual malam ini bu?" tanya saya mengagetkannya. Nampaknya ia tak menyangka mendapat pertanyaan itu.

Tak ada angka terbilang untuk pertanyaan itu, pun ketika pertanyaan tentang keuntungan yang diperolehnya malam ini. Kemudian ia tersenyum, dengan mata menerawang ia seperti sedang membaca langit. "Sejak hari pertama jualan di sini, saya dapat untung banyak. Tapi tiga hari terakhir ini, hanya uang kembali modal yang terbawa pulang. Ada sih sedikit lebihnya, tapi? ia menghentikan kalimatnya dan tertunduk sesaat. Sadar saya menatap wajahnya, Bu Ikah buru-buru membenahi wajahnya dan memaksakan sebuah senyum. "Kenapa bu? Kok sedih," saya bisa melihat dengan jelas ia sangat
bersedih dan menduga kesedihan itu dikarenakan sedikitnya keuntungan
yang diperolehnya tiga malam terakhir.

Ternyata saya salah. "Bukan itu pak, biar cuma jualan kue serabi saya
merasa sebagai orang berpenghasilan. Saya nggak mau dianggap orang
lemah, dan karenanya saya selalu menyisihkan sedikit dari keuntungan
berjualan kue untuk zakat atau sedekah ke orang yang lemah?

Nyaris tak ada kata lagi yang mampu terucap oleh saya mendengar alasan kesedihannya. Jika tak ia lanjutkan kalimatnya pun, saya mengerti maksudnya, jika tak ada keuntungan yang diperolehnya malam itu, bagaimana ia bisa berinfak? Kalimat terakhirnya begitu menohok makna kedermawanan yang selama ini saya pahami. Bu Ikah membuktikan, bukan hanya orang kaya yang mampu menyandang status dermawan. "Entah berapa yang bisa saya sedekahkan dari sedikit keuntungan saya malam ini?" kalimat Bu Ikah itu terus membayangi sepanjang malam saya, hingga detik ini.




Have a positive day!
Salam,
Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy 
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach”
"Kita-lah yang menciptakan realita kita sendiri"

Be An Authentic Leader!


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
                                           
Betapa seringnya kita menasihatkan “jadilah dirimu sendiri!”. Tapi berapa kali kita mengatakan itu kepada diri kita sendiri? Seolah kalimat itu tidak lagi cocok bagi mereka yang berlabel pemimpin. Padahal, justru pemimpinlah yang paling membutuhkan nasihat itu. Jika tidak, mereka hanya akan diombang-ambing oleh system nilai dan terori-teori dari luar. Coba saja ingat kembali; bukankah dalam setiap training kepemimpinan kita disodori dengan teori tambahan padahal training-training yang lalu pun belum kita implementasikan? Semakin banyak teori malah semakin membingungkan. Sesekali, cobalah untuk melupakan semua pelajaran canggih itu; dan jadilah diri sendiri. Memimpinlah dengan cara Anda sendiri. Saya tahu, Anda akan dikritik. Tetapi, sejauh yang masih saya ingat; tidak satupun teori kepemimpinan yang bisa benar-benar membantu bagaimana membagi waktu untuk mengembangkan orang-orang yang kita pimpin ditengah bertumpuknya agenda lain.

Jika hanya punya satu atau dua bawahan, mungkin tidak terlampau berat. Tetapi jika belasan atau puluhan? Benar, kita bisa memperkecil span of control dengan cara membuat ‘layer’ baru diantara kita dengan mereka. Namun, nyatanya kita tidak bisa mengandalkan proses pengembangan dengan cara itu. Makanya ketika bekerja, saya lebih memilih struktur horizontal daripada vertikal. Cara itu bukannya tanpa kritikan, misalnya; terlalu mengontrol atau tidak mau mendelegasikan. Faktanya, banyak pemimpin dunia atau perusahaan yang sukses dengan struktur organisasi yang sedatar mungkin. Sedangkan organisasi yang semakin vertical, menimbulkan birokrasi yang panjang, membentuk kerajaan-kerajaan kecil dan kelambanan pengambilan keputusan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar tentang bagaimana caranya mengembangkan bawahan ditengah tebatasnya waktu yang kita miliki; saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini: 

1.      Memetakan kekuatan masing-masing karyawan.
Jika tujuan Anda hanya pergi ke suatu tempat yang sudah Anda kenali tikungan dan jalan tikusnya, Anda tidak membutuhkan peta. Tetapi perjalanan mengembangkan karyawan bukanlah rute mudah seperti itu. Mengapa? Karena bahkan setelah bertahun-tahun bekerja bersama mereka pun belum tentu Anda benar-benar mengenal mereka. Beruntung jika Anda punya budget untuk melakukan talent mapping. Lebih beruntung lagi jika budget itu tidak ada, sehingga sekarang Anda punya kesempatan untuk menguras seluruh kemampuan kepemimpinan Anda. Gunakan tangan kosong saja? Tapi kan tidak akan akurat? Hey, siapa bilang? Hasil test lembaga yang keren dan mahal pun belum tentu akurat. Percayalah, I have gone through those kinds. Bahkan sekalipun hasil pemetaan itu akurat, kemudian hanya diparkir di laci-laci lemari kita bukan? Jadi, jangan takut untuk melakukan sesuatu sekalipun harus dengan tangan kosong. Justru dengan begitu, Anda memiliki alasan untuk menuntaskannya karena hal itu menggelitik sense of belonging Anda. Ini proyek gue. Maka mesti gue rawat beneran.

2.      Memberdayakan mereka sesuai hasil pemetaan Anda.
Hasil pemetaan yang Anda lakukan itu sangat membantu untuk memberdayakan mereka sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Misalnya, seseorang berkata kepada saya; “Ingin Menjadi Product Manager, Pak.”  Saya periksa compatibility-nya dengan hasil pemetaan itu; cocok. Maka saya bisa meminta komitmen dia untuk melakukan ‘what ever it takes’ untuk menjadi Product Manager. Saya harus lakukan itu meskipun itu berarti dia akan pindah ke departemen lain. Yang lain berkata; “Saya disini saja sama Bapak,” Maka saya katakan;”Kalau elu kerja hanya karena orang lain, elu nggak bakalan jadi apapun.  Apa lagi elu tahu gue nggak bakal lama-lama tinggal disini.” Lalu dia bilang;”Tapi saya suka dengan bidang ini.” Nah, kalau itu lain. Maka sejak itu saya bisa pegang komitmen yang lebih tinggi darinya. “Kalau elu mau jadi Product Manager, elu mesti bisa apa? Kalau elu mau jadi Research Manager, elu mesti bisa apa? Kalau elu mau jadi bla-bla-bla manager, elu mesti bisa apa?” Pertanyaan standard itu menghasilkan jawaban yang berbeda. Namun dari perbedaan jawaban itulah saya mendapatkan komitmen dari mereka untuk melakukannya tanpa mesti disuruh-suruh lagi.

3.      Mengembangkan mereka melalui proses pengembangan orang lain.
 Dari sejumlah orang yang saya tanya “elu mau jadi apa?” hanya sedikit yang tidak menyebutkan kata ‘Manager’. Bahkan ada yang cukup bernyali untuk mengatakan ‘Mau menggantikan elu, Dang.” Lumayan, ada juga penggemar saya rupanya, hahaha. Jawabannya bisa berbeda. Tetapi intinya sama, yaitu; mereka ingin menjadi pemimpin. Sekarang saya buka lagi hasil pemetaan tadi, lalu saya lihat apa yang saya mau mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Diantara mereka ada yang sudah waktunya ‘praktek’ menjadi ‘coach’. Ada juga yang belum siap, atau memang tidak perlu. Maka sekarang, saya punya cukup orang yang bisa menjadi ‘team coach’ bagi semua karyawan di team saya. Sulitkah untuk mendapatkan komitmen mereka? Tidak. Saya hanya mengatakan; “Untuk meraih jabatan yang elu mau, elu pade mesti belajar meng-coach orang lain.” Kalimat itu bisa diterima pikiran dan perasaan, bukan? Lalu kami duduk bersama, melihat berapa total jumlah orang yang perlu di coach di team kami. Kemudian membagi jumlah mereka sama rata. Saya? Meng-coach orang tidak lebih banyak dari mereka. Sedangkan semua orang di team itu sekarang punya coach masing-masing. Anda mengembangkan mereka melalui proses pengembangan orang lain.
                                                               
4.      Memastikan orang-orang kunci tetap Anda tangani sendiri.
Tingkat kematangan setiap orang berbeda-beda. Tetapi, gagasan demokratisasi sering sekali menuntut yang tidak-tidak. Ditempat saya juga begitu. Bahkan ada yang berani protes segala. Ya tidak ada masalah jika argumennya benar. Tetapi, pengembangan orang-orang kunci harus Anda sendiri yang melakukannya. Makanya saya tidak give-up itu kepada orang lain. Saya keras kepada mereka yang saya coach langsung, jika saya rasa harus keras. Nangis juga tidak masalah, jika harus demikian. Ada yang sampai mengadu kepada atasan saya. Tetapi, atasan saya tahu apa yang sedang saya lakukan untuk ‘karyawan kesayangan saya itu’. Mungkin mereka menyadarinya belakangan setelah saya pergi. Atau mungkin tidak menyadarinya sama sekali. It doesn’t matter. Tetapi, Anda tahu telah melakukan sesuatu yang menurut Anda paling efektif untuk mempersiapkan mereka untuk meraih apa yang mereka sendiri inginkan. Saya yakin, para pemimpin hebat bukanlah mereka yang bersikap lembek. Melainkan mereka yang bersedia membayar apapun harganya; bahkan sekalipun mereka harus menuai kontroversi dan kecaman. Pelaut ulung tidak dilahirkan di samudera yang tenang. Kader yang tangguh juga demikian. Jadi, pastikan orang-orang kunci tetap Anda tangani sendiri.

5.      Mendokumentasikan catatan proses pengembangan.
 Dokumentasi itu sangat menyebalkan, memang. Tetapi, jika dituangkan dalam porsi yang tepat sangat membantu kita untuk melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang kita dapatkan. Kita tidak mungkin menghafal hal-hal seperti itu dengan lebih banyak lagi hal yang tak kalah pentingnya untuk dilakukan. Beberapa ‘coach’ terpilih tadi dibekali dengan selembar kertas berisi ruang-ruang kosong sederhana. Saya tidak memakai form coaching yang dibuat oleh para ahli yang complicated, melainkan saya membuatnya sendiri. This is my team. I know the needs better than any consultant on earth. Setiap kali mereka meng-coach seseorang, mereka harus menuliskan sesuatu, dan diverifikasi oleh orang yang dicoachnya. Saya membacanya secara random, tetapi menyimpan filenya dilemari sehingga bisa diakses kapan saja diperlukan. Jika terjadi pergantian leaderpun dokumen itu bisa membantu menyederhanakan proses hand-over.

Kita sering secara keliru diajari atau mempersepsikan bahwa proses pengembangan orang-orang yang kita pimpin itu sangat rumit dan kompleks. Ya memang begitu jika kita terlalu terpaku kepada pakem-pakem yang tertera dalam text book. Memang buku-buku management itu bagus. Tetapi apa bagusnya suatu metode jika tidak bisa diimplementasikan? Kalau saya diijinkan untuk menyarankan sesuatu, maka inilah saran saya; Jadilah diri Anda sendiri dalam memimpin. Boleh mendengarkan orang lain, tetapi terapkanlah metode kepemimpinan yang benar-benar Anda perlukan bagi team Anda sendiri. Meskipun Anda dituduh aneh; biarin saja. Ini team Anda. Maka Anda sendirilah yang harus menentukan teori atau metode mana yang patut Anda gunakan, atau ‘tanpa teori’ sama sekali. Jangan takut digugat;”teori kepemimpinan mana yang jadi landasan elu?!”. Jalan saja. Hey sebentar, saya mau membisikkan sesuatu; pemimpin seperti itu lho contoh ‘The Authentic Leader’ itu…

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 1 Juli 2011
Master Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com

Catatan Kaki:
Semua teori kepemimpinan yang bagus ya memang bagus. Tetapi tidak ada yang lebih bagus dari keteguhan hati seorang pemimpin yang bersedia menguras habis seluruh daya dirinya demi kebaikan orang-orang yang dipimpinnya.

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.


Follow DK on Twitter @dangkadarusman

Kisah Si Pencuci Piring


Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa
jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski
lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun.
Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini.
Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban
terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya
membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan.
Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah,
ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. "Aih, pasti
segagah kakeknya," impinya.
Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura
kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak
hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan
kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan
ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa
berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua
mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak
direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak
ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu
lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus,
inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop
yang tertutup rapat.
Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta
itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang
sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang
sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar
kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka
meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang
baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa
menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami
dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi
milik pria lain.
Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya
mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang
pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus
sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh
ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak
cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.
Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih
di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak
mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari
keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang
dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan
terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta.
Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di
ruang pesta.
Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh
berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya
karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari
sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena
tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan
pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin
lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.
Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang
teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis
disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan
tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk
kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah
sering harus menahan lapar hingga terlelap.
Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya
menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati
nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa
masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk
anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai
pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak
yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan
dalam pesta itu.
Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak
cukup kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera
di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima
Kasih untuk Tidak Mubazir". Mungkinkah?


Have a positive day!
Salam,
Mohamad “Bear” Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy 
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach”
"Jika Kita Percaya, KIta akan melihatnya"