Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komen yang bermutu, sharing blog ini ke sosial media, dan meletakkan link-nya! Mari budayakan bertukar link dan e-Halo.

Selasa, 27 Desember 2011

Trip to Monggak


By : Lukman Hakim, my friend who never flee in battle, my friend to the death.

Assalamu'alaikum WrWb

Kawan ... ijinkan di pagi yang sedang beranjak ini saya berbagi kisah untuk sebuah perjalanan yang cukup menguras tenaga dan emosi. Monggak ... mungkin sedikit kita yang pernah mendengar kata ini, namun saya yakin .. banyak dari kita tidak terbersit sekalipun sebelumnya sampai kata "Monggak" ini muncul di hadapan kita pagi ini.

Adalah kekuasaan Allah SWT yang akhirnya bisa menggerakkan kaki ini melangkah ke sebuah tempat dimana hingar bingar Batam Metropolitan nyaris tak terdengar di perkampungan yang terletak di bagian ujung Pulau Rempang ini.

Berawal dari Meeting Point di sebuah kawasan perbelanjaan mewah di Batam, sembari menunggu kedatangan teman, saya sempatkan untuk selami kehidupan modern yang penuh dengan gemerlap surga duniawi. Tak terlintas sedikitpun dalam benak saya .. beberapa jam setelahnya akan menjumpai suatu kehidupan yang sungguh 180 derajat berbeda, kehidupan yang penuh dengan ketenangan, kehidupan yang sarat dengan kearifan dan kemuliaan.

"Teguran" pertama berawal dari kesaksian saya sendiri, disaat saya sedang menikmati "kejahatan dunia modern" terlihat dua orang ibu paruh baya dengan dandanan yang jauh dari kesan modern dengan sikap yang ragu-ragu mencoba untuk mendekat sebuah toko elektronik. Entah apa yang ada dalam fikiran mereka berdua, akan tetapi yang nampak dari paras wajahnya yang lusuh tersirat sebuah keinginan yang besar untuk memiliki sebuah perangkat elektronik yang mereka perbincangkan. akan tetapi “ketidakmampuan” telah membelenggu impiannya, bahkan untuk hanya sekedar masuk ke toko pun tidak mempunyai “keberanian”. Sesaat kemudian satu dari mereka menghampiri saya, ucapan polos meluncur dari mulutnya “…. Pak, apa boleh orang seperti saya masuk dan kredit barang dari toko itu ?..”

Kawan .. sangatlah ringan bagi kita untuk  melangkahkan kaki kita ke mall, tidak berat bagi kita hanya sekedar melihat atau bahkan iseng-iseng untuk memegang dan menawar barang-barang yang ada di etalase sebuah gerai di kawasan perdagangan modern, atau bahkan sebagian dari kita itu bukanlah perkara yang susah untuk bisa memboyongnya ke rumah kita. Hanya beberapa meter dari lancangnya saya berdiri, saya mendapatkan tamparan keras mengenai pusat kalbu ini ...

“Teguran” kedua. Teman yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sebenarnya ada misi khusus dalam pertemuan kali ini, dimana saya dititipkan sebuah amanah untuk disampaikan kepada teman yang saya tunggu tadi. Singkat cerita, amanah tersebut saya serahkan sepenuhnya. Dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan bahwa hal itu merupakan anugerah luar biasa yang memang sangat ditunggu-tunggu oleh teman saya. Namun .. apa yang terjadi, dengan hati polosnya yang tersirat juga dari mimiknya mengalir sebuah kata-kata “…. tidak seharusnya semua ini bisa saya terima, saya menyaksikan ada sebuah kondisi yang sekiranya akan lebih adil apabila mereka juga mendapatkan sebagian dari karunia ini…”

Kawan … berbagi dalam masa lengang adalah suatu kewajiban bagi setiap kita, namun tidak sedikit dari kita sering “melupakan” segala kenikmatan yang ada pada diri kita… sehingga sering pula kita menganggap “wajar” bahwa anugerah yang telah Allah SWT kucurkan kepada kita karena merupakan kerja keras kita .. yang akhirnya tidak jarang pula kita melupakan kewajiban untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Namun kawan … berbagi di saat yang sempit .. adalah hal yang luaarr biasaa !!!

“Teguran” ketiga. Pukul 13.00 WIB, ditengah cuaca yang lumayan bersahabat merupakan tantangan yang berat bagi perut saya untuk menahan rasa haus dan lapar. Kami putuskan untuk “memilih” tempat makan di salah satu pojok di pusat perbelanjaan. Saya memesan menu yang ditawarkan. Salah satu dari teman saya tidak memesan apapun baik makan dan minuman. Saya tersadar bahwa ini hari kamis, hari dimana di dalam keyakinan saya hari yang dimuliakan untuk berpuasa sunnah. Allahu Akbar .. sungguh malunya hati ini untuk menerima toleransi tertinggi yang harus saya bayar dengan “kekurangajaran” rasa lapar.

Kawan … kali ini saya diajarkan akan begitu tingginya arti sebuah nilai pertemanan dan tenggang rasa yang sungguh agung. Terima kasih teman, telah mengajarkan kepada saya akan sebuah arti kesabaran, keteguhan hati dan ketulusan jiwa.

Wassalam

Next ..
Trip to Monggak – Perjalanan Melembutkan Hati (2)
 (semoga berlanjut yaa .. )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar