Dalam pengamatan saya, masih sangat banyak karyawan yang mendapatkan training
kurang dari 8 jam per tahun. Banyak juga yang hanya 2 jam. Bahkan mereka yang
sudah bekerja selama bertahun-tahun banyak sekali yang tidak mendapatkan
training sama sekali. Mobil Anda, pasti membutuhkan perawatan setiap 20,000
kilometer. Ganti oli setiap 5,000 kilometer. Dan tambahan tekanan angin pada ban
kapanpun dibutuhkan.
Orang-orang yang Anda pimpin kira-kira membutuhkan
perawatan serupa itu. Setiap bulan, mereka membutuhkan lebih dari sekedar gaji.
Mereka juga butuh penyegaran bagi jiwanya, motivasi yang mengobarkan
semangatnya. Pencerahan yang mampu menumbuhkan optimisme didalam dirinya. Jika
Anda merasa tidak memiliki cukup budget training untuk mengirimkan semua
karyawan ke ruang-ruang training yang mahal, Anda tenang saja. Bukan hanya Anda
yang mengalami hal itu. Semua atasan mengalami masalah serupa. Ada sih atasan
yang tidak pusing. Yaitu, atasan yang tidak begitu memikirkan program
pengembangan bagi anak buahnya. Apakah Anda termasuk atasan yang peduli pada
pengembangan anak buah?
Selama Anda peduli pada mereka, maka sudah bisa
dipastikan jika berapapun budget training yang Anda dapatkan tidak akan pernah
cukup. Mengapa? Karena ilmu itu begitu banyaknya. Oleh sebab itu, para pemimpin
seperti kita ini dituntut untuk bisa melakukan suatu program pengembangan yang
sesuai dengan kondisi yang ada. Itulah yang saya lakukan dulu ketika masih
bekerja sebagai seorang profesional.
Meski sekarang saya sudah berprofesi
sebagai Trainer Profesional yang memang mendapatkan bayaran dari pelayanan
training yang saya berikan, namun saya tidak pernah henti memikirkan; bagaimana
caranya para atasan mengelola program pengembangan anak buahnya tanpa tergantung
kepada budget training mereka.
Bagi Anda yang tertarik menemani saya terus
belajar merancang dan melakukan program training untuk bawahannya dengan
mengoptimalkan sumberdaya yang ada, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5
kemampuan Natural Intellligence berikut ini:
1. Mulailah dengan hal-hal yang
sederhana.
Kerumitan kita dalam berpikir sering berdampak buruk kepada
tindakan yang kita ambil. Banyak orang yang masih mengira bahwa training adalah
urusan yang rumit. Padahal training bagi bawahan Anda itu memiliki
tingkatan-tingkatannya dari yang sangat sederhana hingga hal yang sangat rumit.
Lupakan hal-hal yang rumit jika Anda sudah lama tidak mentraining anak buah
Anda. Mengapa? Karena mereka yang sudah lama tidak ditraining – hampir pasti –
memiliki agenda penting untuk membenahi hal-hal sederhana.
Contohnya;
perhatikan jika beberapa anak buah Anda sering terlambat masuk kantor. Atau,
perhatikan jika mereka masih sering mengambil waktu istirahat lebih banyak dari
seharusnya. Atau, mereka masih mengulangi pekerjaan karena kesalahan yang tidak
perlu. Hal-hal sederhana seperti itu bisa jadi merupakan agenda penting untuk
ditangani. Training yang Anda lakukan untuk mereka bisa mulai dari hal-hal
aktual seperti itu. Dan untuk melakukannya, Anda tidak membutuhkan Trainer
Profesional seperti saya. Anda bisa melakukannya sendiri at no cost at
all.
2. Fokuslah kepada pemberdayaan.
Training terbaik menurut
pendapat saya adalah; training yang mampu meningkatkan kesadaran peserta untuk
memberdayakan diri mereka sendiri. Bukan training yang mahal. Bukan training
yang rumit. Bukan training yang dibawakan oleh orang-orang terkenal…..seperti
saya (terkenal dari hongkong?). Siapa yang memberi training menjadi tidak
terlalu penting, selama dia bisa membuka kesadaran itu. Pilihlah topik training
atau materi diskusi soft skills yang mendorong pemberdayaan diri untuk
mendampingi training-training technical skills yang Anda berikan. Mengapa?
Banyak orang yang sudah terampil bekerja, tetapi tidak memiliki motivasi untuk
bekerja secara maksimal. Banyak orang yang mampu, tetapi tidak percaya pada
kemampuan dirinya sendiri. Dan banyak orang yang sudah dewasa namun masih suka
menggandoli atasannya untuk suatu urusan yang seharusnya sudah bisa
diselesaikannya sendiri. Bukankah prinsip kepemimpinan itu adalah mendapatkan
hasil dengan cara mengoptimalkan efek dari pekerjaan orang-orang yang kita
pimpin? Jika demikian, maka pemberdayaan diri anak buah kita menjadi salah satu
faktor paling penting untuk mewujudkannya. So, fokuslah kepada
pemberdayaan.
3. Pertimbangkanlah minat mereka.
Sesekali Anda
boleh menanyakan kepada anak buah Anda; topik training apa sih yang mereka
inginkan? Banyak atasan yang mengira bahwa apapun yang dipikirkannya pasti cocok
untuk anak buahnya. Dulu, saya pernah begitu. Dan ternyata saya keliru. Saya
baru menyadarinya ketika mengajukan pertanyaan diatas kepada mereka. Hal itu
juga membantu saya ‘menemukan’ topik yang tepat untuk mereka. Lebih dari itu,
juga membantu saya mendapatkan komitmen mereka. Selama topik itu bisa memperkaya
jiwa mereka, menambah energy positif mereka, meningkatkan wawasan mereka; ya
hayu-in aja. Percayalah, Anda tidak akan pernah rugi mendengarkan mereka.
Bahkan, Anda bisa meminta salah satu dari mereka itu yang menjadi narasumbernya.
Hah?! Benarkah? Sungguh, jabatan sebagai atasan tidak menjadikan kita tahu
segalanya. Dan posisi mereka sebagai bawahan tidak berarti ilmunya tidak
mumpuni. Tidak percaya? Coba saja buktikan sendiri. Anda akan belajar banyak hal
dari mereka. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Saat
mengembangkan mereka, kita sendiripun ikut berkembang pula.
4. Pastikan
adanya proses implementasi.
Sungguh, begitu banyak training hebat yang
ilmunya menguap segera setelah peserta keluar dari ruang training. Begitu banyak
modul tebal yang sama sekali tidak bisa diimplementasikan. Jika Anda meragukan
apa yang saya katakan, silakan cek; sebagai atasan apakah Anda pernah mengikuti
training seharga ribuan dollar atau puluhan juta? Jika ya, cek lagi, berapa
persen dari ilmu mahal yang Anda pelajari itu benar-benar diimplementasikan?
Percayalah, saya sendiri pernah begitu. Maka kriteria lain dari training yang
berhasil adalah ketika ada perubahan perilaku dan cara bekerja setelah mengikuti
training. Soal ini juga tidak terlalu dipengaruhi oleh trainernya. Undanglah
trainer yang terbaik dikelasnya menurut penilaian Anda (bukan menurut klaim
trainernya). Lalu biarkanlah anak buah Anda yang sudah ikut training itu tanpa
Anda intervensi. Maka saya yakin, sehebat apapun trainer dan trainingnya, para
peserta tidak akan secara voluntary mengimplementasikannya dalam aktivitas kerja
sehari-hari. Mereka hanya akan mengimplementasikannya, jika dan hanya jika
sebagai atasannya; Anda mengkondisikan dan memastikan adanya proses
implementasi.
5. Jagalah konsistensi iramanya.
Ingatlah kembali
mobil Anda yang membutuhkan perawatan rutin dan berkala. Hanya dengan
kedisiplinan dan menjaga konsistensi perawatannya saja Anda akan bisa menjaga
performanya. Begitu pula dengan kualitas kerja orang-orang yang Anda pimpin.
Butuh konsistensi dalam pengembangan dan penyegaran pribadinya agar Anda
mendapatkan hasil optimal. Bahkan oli mesin terbaik pun harus dikuras, lalu
diganti lagi dengan yang baru. Begitu pula dengan motivasi dan moral kerja anak
buah kita. Harus selalu kita ganti dengan yang baru dan lebih menyegarkan. Jika
tidak, maka mereka akan mengalami keausan dalam mesin kinerjanya. Anda pun
kehilangan performanya. Setiap 5,000 kilometer, oli mesin Anda diganti. Setiap
bulan, karyawan Anda pun membutuhkan penyegaran tanpa harus selalu bergantung
kepada berbagai keterbatasan.
Percayalah, saya pernah berada pada posisi
seperti Anda. Tetapi, untuk team saya; masih ada 1 kali pertemuan penyegaran
setiap bulan yang kami lakukan secara mandiri. Biayanya? Rp. 100,000.- pun cukup
untuk membuat graham semua orang mengunyah sesuatu. Soal ini, saya berani
katakan; “ANDA BISA!”, Insya Allah.
Mari sekali lagi kita perhatikan ke-5
hal diatas. Anda bisa melakukan semuanya. Meskipun Anda tidak sanggup mengundang
trainer eksternal ke ruang kelas Anda. Caranya? Banyak. Sesekali, Anda sendiri
yang harus tampil didepan kelas. Anda bisa menunjuk seorang staf untuk berbagi
ilmu kepada teman-temannya. Anda bisa meminta kepala departemen lain untuk
mengisi acara di team Anda. Atau, Anda juga bisa MENGGUNAKAN salah satu artikel
yang saya tulis untuk dibahas didalam kelas. Silakan lho, dibayar pakai doa pun
sudah lunas. Anda bisa melakukannya dengan mengoptimalkan sumber daya internal
yang ada.
Janganlah lagi menjadikan keterbatasan budget training sebagai
alasan untuk menihilkan proses pelatihan bawahan Anda. Berhentilah
berangan-angan untuk selalu mengundang pembicara dari luar. Fungsi Trainer
Profesional itu seperti ‘pemeran pembantu’ dalam sebuah film. Sedangkan Anda,
adalah pemeran utamanya.
You are the movie star!
Memang banyak manfaatnya
untuk mengundang trainer dari luar. Tetapi percayalah, diluar sana tidak ada
trainer yang bisa menggantikan Anda sebagai pemeran utama dalam film berjudul;
“GROW YOUR PEOPLE!” Mari Berbagi Semangat! DEKA – Dadang Kadarusman – 6
September 2011 Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (rencana terbit
Oktober 2011) 2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011 http://www.dadangkadarusman.com
Catatan
Kaki: Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil alih tanggung jawab pengembangan
anak buah kita, selain kita sendiri sebagai atasannya.
Jika
pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk
mengeceknya di Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami. Silakan
di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong,
jangan diperjualbelikan ya. Follow DK on Twitter @dangkadarusman __._,_.___
Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (1) Recent Activity: New Members 1 Visit Your Group ->
Para ALUMNI PRAKTISI NLP INDONESIA! Sekarang sudah bisa mengasah dan mempertajam
NLP di event gathering bulanan "ANCHOR CHAIN"! -> "BE HAPPY! GET WHAT YOU
WANT!' Buku NLP mudah dan praktis, karya Hingdranata Nikolay, sudah hadir di
toko buku Gramedia! Pelajari bagaimana menjadi bahagia dan mendapatkan yang
Anda inginkan! -> Program LICENSED PRACTITIONER OF NLP Angkatan ke-10 dan
LICENSED MASTER PRACTITIONER OF NLP Angkatan ke-5! Hubungi segera ke
Tina/Caecil: 021-64700221/64700422
Tidak ada komentar:
Posting Komentar