Peran Pribadi Di Dunia Kecil Kita
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Dunia kita terbilang besar. Buktinya, tak
seorangpun pernah menginjakkan kakinya di setiap jengkal tanah. Dunia kita juga
kecil. Buktinya, kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempat atau lingkungan
yang itu-itu saja. Di awal milenium ketiga, kita menyebut dunia sudah menjadi
datar. Mungkin, hari ini kita boleh mengatakan jika dunia sudah mengkerut.
Betapa tidak? Jarak sudah tidak lagi relevan dizaman ini. Pengaruh tindakan kita
bisa secepat kilat menyebar ke seluruh dunia. Gagasan yang dilontarkan seseorang
di New York City, bisa sampai ke Jakarta dalam sepersekian
detik.
Sebaliknya, gagasan yang kita bagikan di Jakarta, bisa memasuki
setiap lorong jembatan komunikasi di seluruh dunia dalam sekejap mata. Kecilnya
dunia, tidak hanya berupa kiasan. Tetapi juga bermakna sebenarnya. Lingkungan
yang kita tinggali, adalah dunia kecil yang sesungguhnya. Sudahkah kita
memainkan peran pribadi untuk menjadikan dunia kecil kita lebih baik dari hari
ke hari? Sudah lama saya tidak menggunakan jembatan yang menghubungkan Polda
Metro Jaya dan Plaza Semanggi. Ketika kesana kemarin, suasananya berbeda sekali.
Sejak menginjak tangga pertama, saya tidak melihat sampah atau debu yang
biasanya menumpuk. Begitu tiba diatas, saya mengerti; mengapa jembatan itu
sedemikian bersihnya. Ada seorang pribadi istimewa yang beringsut-ingsut
menyapunya. Mengapa dia istimewa? Karena tubuhnya tidak sesempurna kebanyakan
orang. Namun, dengan tangan yang hanya sebelah itu, dia melakukan sesuatu yang
membuat lingkungannya menjadi bersih. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, dia
telah memainkan peran penting untuk menjadikan dunia kecilnya indah. Bagaimana
dengan kita?
Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar
mengambil peran pribadi dalam dunia kecil yang kita huni, saya ajak untuk
memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut
ini:
1. Pilihlah peranmu sendiri.
Ada yang berperan sebagai pengemis,
pedagang, pejalan kaki, pembuang sampah, bahkan mungkin juga disana ada
pencoleng. Tetapi, Bapak yang tubuhnya tidak sesempurna kita itu memilih
perannya sendiri. Peran yang sungguh membuat dunia kecil itu begitu indah. Semua
jembatan penyeberangan membutuhkan orang yang mau memilih peran positif seperti
beliau. Dunia kecil yang kita tinggali juga sama. Dunia kecil kita, bisa saja
berupa ruang kantor yang yang kita datangi setiap hari. Komplek perumahan yang
kita tinggali. Atau komunitas dunia maya dimana kita bergabung didalamnya.
Didalam dunia kecil kita, setiap orang mengambil perannya sendiri-sendiri.
Pribadi istimewa itu menunjukkan bahwa dimanapun kita berada, hendaknya kita
memilih peran kita sendiri. Beliau memberi contoh agar kita mengambil peran yang
bernilai dan memberi dampak positif bagi dunia kecil kita. Beliau tidak memiliki
kesempurnaan fisik. Namun jiwanya begitu sempurna. Pakaian yang beliau kenakan
dipenuhi dengan debu. Namun, hati beliau berkilau dengan cahaya. Melihat beliau,
seolah sedang menyeru sebuah kalimat indah; “Wahai pribadi-pribadi yang fisiknya
sempurna, sudahkah engkau memilih peran untuk memperindah dunia
kecilmu?”
2. Mainkanlah peran pilihanmu sendiri.
Secara struktural,
Dinas Kebersihan DKI bertanggungjawab untuk memastikan semua jembatan
penyeberangan dan fasilitas umum di Jakarta tetap bersih. Tetapi, menumpahkan
semua tanggungjawab itu kepundak petugas kebersihan sungguh tidak realistis.
Pribadi istimewa itu, memainkan perannya dengan piawai tanpa banyak bicara,
karena beliau faham benar bahwa perannya memang bukan sebagai ‘pembicara’.
Beliau sadar bahwa tempat para pembicara adalah di ruang-ruang meeting dan forum
ilmiah. Bukan didunia kecil yang dihuninya. Tidak cocok jika dia berbicara
ditempat itu. Di kantor atau di lingkungan rumah kita juga sama. Setiap orang
memiliki perannya masing-masing untuk memperindah dunia kecil itu. Sayangnya
kita masih sering menggerutu. Pak RT dan Pak managernya kurang perhatian. Pak
direkturnya sibuk sendiri. Pak Presidennya kurang tegas mengambil keputusan.
Barangkali, memang itulah peran yang mereka pilih untuk dunianya. Namun, pribadi
istimewa di jembatan penyeberangan itu, tidak tertarik untuk menghakimi peran
orang lain. Dia memilih untuk memainkan peran penting yang dipilihnya sendiri;
menjadikan dunia kecilnya indah. Sudahkah kita memainkan peran yang kita
pilih?
3. Jauhilah sifat pamrih kepada manusia.
Pribadi istimewa itu
memiliki begitu banyak pilihan untuk meminta imbalan. Bahkan imbalan untuk
sekedar duduk disana. Dia bisa saja mengemis seperti ‘penghuni’ lainnya. Tetapi
tidak melakukannya. Dia bisa saja meminta upah atas pekerjaan pembersihan yang
dilakukannya. Tetapi, dia juga tidak lakukan. Jika Anda melintas di jembatan
itu, tataplah wajahnya. Anda tidak akan melihat isyarat meminta imbalan kepada
Anda yang melintasi jembatan yang dibersihkannya. Jelas sekali jika beliau tidak
memiliki pamrih kepada manusia. Jadi, siapa yang membalas jasanya? Kita yang
bertubuh sempurna ini sering menuntut imbalan dimuka. ‘What in it for me?’
begitulah bahasa kerennya. Kalau tidak ada imbalannya, ngapain saya
melakukannya? Tuhan menggerakkan hati orang-orang baik untuk berbagi rezeki
dengan pribadi istimewa yang telah berbuat baik dalam dunia kecilnya itu. Semoga
Tuhan pun berkenan untuk menjamin kecukupan dan berkah nafkah orang-orang yang
tanpa pamrih memainkan peran positif bagi dunia kecilnya
masing-masing.
4. Hunilah dunia kecil yang sudah kita benahi.
Hitungan
matematis kita sering mengkalkulasi untung dan rugi. Rasanya rugi sekali jika
kita melakukan tindakan baik tetapi orang lain yang menikmatinya. Enak di elo,
susah di gue! Apalagi jika manfaat tindakan baik yang kita lakukan itu
didapatkan oleh orang-orang yang tidak kita kenali. Pribadi istimewa itu tidak
mengenal saya. Tidak juga mengenal orang lainnya yang berjalan hilir mudik. Tapi
saya percaya sepenuhnya bahwa setiap orang yang melintas disana merasakan
nyamannya berjalan dijembatan penyeberangan yang bersih lagi rapi. Berbeda 180
derajat dengan kebanyakan jembatan penyeberangan lainnya yang penuh sampah,
bahkan kadang berbau pesing. Orang itu melakukan sesuatu untuk orang-orang yang
tidak dikenalnya. Tetapi lebih dari itu, beliau sendiripun turut merasakan
kebersihan yang diciptakannya sendiri. Jika kita bersedia untuk melakukan
sesuatu bagi keindahan dunia kecil kita, maka bukan hanya orang lain yang bisa
memetik manfaatnya. Kita sendiripun bisa merasakannya. Bahkan boleh jadi,
kepuasan didalam hati kita melampaui kenikmatan fisikal yang kita dapatkan. Maka
benahilah dunia kecilmu. Dengan begitu, engkau akan menghuni tempat yang lebih
indah untuk dirimu.
5. Rancanglah dunia kecil masa depanmu.
Iman kita
memberitakan tentang sebuah tempat yang menjadi asal muasal diri kita. Semua
orang berusaha untuk bisa kembali lagi ketempat itu. Tempat dimana manusia
pertama yang menjadi nenek moyang sejati kita tinggal. Kita menyebutnya surga.
Guru kehidupan saya menceritakan bahwa surga itu sebuah tempat hunian indah nan
asri. Setiap rumah dibangun dengan rancangan arsitektur yang berbeda-beda.
Setiap orang memiliki rumah dengan model dan disainnya sendiri-sendiri. Siapakah
arsitek yang sedemikian piawainya membuat disain yang bervariasi? Malaikatkah?
Bukan. Tuhankah? Bukan. Lantas siapa? Arsiteknya adalah penghuninya sendiri.
Lantas, bagaimana orang awam bisa membuat arsitektur hunian yang sedemikian
indahnya? Beliau bilang;”Setiap perbuatan baik seseorang, menghasilkan sebuah
goresan garis rancangan.” Maka setiap gerakan sapu dari tangan pribadi istimewa
di jembatan penyeberangan itu, menghasilkan satu garis indah dalam rancangan
arsitektur rumah surganya. Perbanyaklah perbuatan baik, agar disain rancangan
rumah surgamu menjadi semakin sempurna. Karena kesempurnaan rancangan hunian
abadi kita, ditentukan oleh kesempurnaan amak baik yang kita lakukan untuk dunia
kecil kita.
Dunia yang kita huni adalah cermin yang memantulkan perilaku
kita apa adanya. Selama masih ada orang yang peduli untuk selalu membuatnya
menjadi indah, maka dia akan selalu memperlihatkan pantulan indah. Tetapi jika
tak seorangpun peduli, dunia kecil ini pun akan memperlihatkan citra
ketidakpedulian penghuninya. Jika kita masih sering merasakan dunia kecil kita
tidak nyaman untuk dihuni, mungkin karena tak seorangpun bersedia untuk
membenahinya. Jika kita tidak melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin
ada orang lain yang akan melakukannya. Mungkin juga tidak. Tetapi jika kita
bersedia melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin kita bisa membuat
sebuah perbedaan kecil, namun cukup bermakna. Dunia seperti apakah yang ingin
Anda huni?
Mari Berbagi Semangat! DEKA - Dadang Kadarusman - 19 Agustus
2011 2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011 Penulis buku ”Tuhan Terimalah
Taubatku” Website: http://www.dadangkadarusman.com
Catatan
Kaki: Ketika kita sibuk mempermasalahkan ketidaknyamanan lingkungan kita,
seseorang yang tubuhnya tidak sempurna sibuk memperindah dunia kecil yang kita
tinggali.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat
bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya. Follow DK on Twitter
@dangkadarusman __._,_.___ Reply to sender | Reply to group | Reply via web post
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar