By : Lukman Hakim, my friend who never flee in battle, my friend to the death.
Assalamu'alaikum WrWb
Kawan ... ijinkan di pagi yang sedang beranjak ini
saya berbagi kisah untuk sebuah perjalanan yang cukup menguras tenaga dan emosi.
Monggak ... mungkin sedikit kita yang pernah mendengar kata ini, namun saya
yakin .. banyak dari kita tidak terbersit sekalipun sebelumnya sampai kata
"Monggak" ini muncul di hadapan kita pagi
ini.
Adalah kekuasaan Allah SWT yang akhirnya bisa
menggerakkan kaki ini melangkah ke sebuah tempat dimana hingar bingar Batam
Metropolitan nyaris tak terdengar di perkampungan yang terletak di bagian ujung
Pulau Rempang ini.
Berawal dari Meeting Point di sebuah kawasan
perbelanjaan mewah di Batam, sembari menunggu kedatangan teman, saya sempatkan
untuk selami kehidupan modern yang penuh dengan gemerlap surga duniawi. Tak
terlintas sedikitpun dalam benak saya .. beberapa jam setelahnya akan menjumpai
suatu kehidupan yang sungguh 180 derajat berbeda, kehidupan yang penuh dengan
ketenangan, kehidupan yang sarat dengan kearifan dan
kemuliaan.
"Teguran" pertama berawal dari kesaksian saya sendiri,
disaat saya sedang menikmati "kejahatan dunia modern" terlihat dua orang ibu
paruh baya dengan dandanan yang jauh dari kesan modern dengan sikap yang
ragu-ragu mencoba untuk mendekat sebuah toko elektronik. Entah apa yang ada
dalam fikiran mereka berdua, akan tetapi yang nampak dari paras wajahnya yang
lusuh tersirat sebuah keinginan yang besar untuk memiliki sebuah perangkat
elektronik yang mereka perbincangkan. akan tetapi “ketidakmampuan” telah
membelenggu impiannya, bahkan untuk hanya sekedar masuk ke toko pun tidak
mempunyai “keberanian”. Sesaat kemudian satu dari mereka menghampiri saya,
ucapan polos meluncur dari mulutnya “…. Pak, apa boleh orang seperti saya masuk
dan kredit barang dari toko itu ?..”
Kawan .. sangatlah ringan bagi kita untuk melangkahkan kaki kita ke mall, tidak berat
bagi kita hanya sekedar melihat atau bahkan iseng-iseng untuk memegang dan
menawar barang-barang yang ada di etalase sebuah gerai di kawasan perdagangan
modern, atau bahkan sebagian dari kita itu bukanlah perkara yang susah untuk
bisa memboyongnya ke rumah kita. Hanya beberapa meter dari lancangnya saya
berdiri, saya mendapatkan tamparan keras mengenai pusat kalbu ini
...
“Teguran” kedua. Teman yang ditunggu-tunggu akhirnya
datang juga. Sebenarnya ada misi khusus dalam pertemuan kali ini, dimana saya
dititipkan sebuah amanah untuk disampaikan kepada teman yang saya tunggu tadi.
Singkat cerita, amanah tersebut saya serahkan sepenuhnya. Dengan mata kepala
saya sendiri, saya menyaksikan bahwa hal itu merupakan anugerah luar biasa yang
memang sangat ditunggu-tunggu oleh teman saya. Namun .. apa yang terjadi, dengan
hati polosnya yang tersirat juga dari mimiknya mengalir sebuah kata-kata “….
tidak seharusnya semua ini bisa saya terima, saya menyaksikan ada sebuah kondisi
yang sekiranya akan lebih adil apabila mereka juga mendapatkan sebagian dari
karunia ini…”
Kawan … berbagi dalam masa lengang adalah suatu
kewajiban bagi setiap kita, namun tidak sedikit dari kita sering “melupakan”
segala kenikmatan yang ada pada diri kita… sehingga sering pula kita menganggap
“wajar” bahwa anugerah yang telah Allah SWT kucurkan kepada kita karena
merupakan kerja keras kita .. yang akhirnya tidak jarang pula kita melupakan
kewajiban untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Namun kawan … berbagi di saat
yang sempit .. adalah hal yang luaarr biasaa
!!!
“Teguran” ketiga. Pukul 13.00 WIB, ditengah cuaca yang
lumayan bersahabat merupakan tantangan yang berat bagi perut saya untuk menahan
rasa haus dan lapar. Kami putuskan untuk “memilih” tempat makan di salah satu
pojok di pusat perbelanjaan. Saya memesan menu yang ditawarkan. Salah satu dari
teman saya tidak memesan apapun baik makan dan minuman. Saya tersadar bahwa ini
hari kamis, hari dimana di dalam keyakinan saya hari yang dimuliakan untuk
berpuasa sunnah. Allahu Akbar .. sungguh malunya hati ini untuk menerima
toleransi tertinggi yang harus saya bayar dengan “kekurangajaran” rasa
lapar.
Kawan … kali ini saya diajarkan akan begitu tingginya
arti sebuah nilai pertemanan dan tenggang rasa yang sungguh agung. Terima kasih
teman, telah mengajarkan kepada saya akan sebuah arti kesabaran, keteguhan hati
dan ketulusan jiwa.
Wassalam
Next ..
Trip to Monggak – Perjalanan Melembutkan Hati
(2)
(semoga berlanjut yaa ..
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar