Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komen yang bermutu, sharing blog ini ke sosial media, dan meletakkan link-nya! Mari budayakan bertukar link dan e-Halo.

Selasa, 17 April 2012

Perilaku Masalah Karyawan


Sebagian besar karyawan menyelesaikan pekerjaan mereka pada tingkat yang
bisa diterima.
Pada kondisi tertentu bahkan mereka dapat menghasilkan sesuatu yang luar
biasa. Bagaimana pun, pada saat-saat tertentu, sedikit masalah karyawan dapat
menyerap begitu banyak waktu dan tenaga manajer untuk memecahkannya.
Berikut, sepuluh faktor yang turut memberi andil pada munculnya
masalah-masalah kepegawaian di tempat kerja.
 
1. Pelatihan dan standar yang tidak memadai, atau
    terlalu dini memberikan tanggung jawab
    yang terlalu banyak

Karyawan meniru anda, atasan mereka.
Jika anda belum menetapkan standar yang jelas, atau tidak memberikan
program pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan sehubungan dengan
tugas-tugas mereka, maka hasil yang anda terima adalah perilaku kerja yang
asal-asalan, produtivitas rendah, kualitas kerja buruk, dan kebingungan.
Karyawan yang sudah terlalu jauh akan mulai menggelepar-gelepar dan
menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa mencapai tujuannya, tapi yang
paling umum adalah mereka akan mencari orang lain untuk dipersalahkan, dan
seringkali orang itu adalah anda.

2. Tujuan yang saling bertentangan

Kesesuaian antara tujuan-tujuan organisasi dan individu sangat penting bagi
lancarnya kegiatan manajemen.
Tugas manajer adalah membantu karyawan memantapkan hubungan antara
dua tujuan ini yang seringkali saling bertentangan. Jika karyawan tidak merasa
menjadi bagian penting dalam perusahaan, antusiasme mudah luntur dan
menumbuhkan keengganan berusaha.

3. Arogansi pemimpin

Seorang CEO pernah berujar, "Menjadi CEO yang sukses di jaman sekarang ini
membutuhkan sejumlah kearogansian yang terkendali."
Saya tidak setuju. Ego, arogansi dan ketidaksesuaian antara kata-kata dan
tindakan adalah sesuatu yang antagonistik dalam kepemimpinan yang efektif.
Arogansi memicu kebencian dan sabotase dari karyawan.

4. Mentoleransi standar yang biasa-biasa saja

Kemalasan dan rendahnya motivasi dari atasan atau karyawan akan
mendorong pada pencapaian yang biasa-biasa saja. Lebih buruk lagi, perilaku
ini segera saja sulit dikendalikan yang mengakibatkan pada keengganan untuk
memikul tanggung jawab, sikap menggerutu dan saling menyalahkan orang lain.
Manajer bertanggung jawab untuk menciptakan tuntutan yang positif pada
karyawannya sehingga menumbuhkan kepercayaan diri pada kemampuan
karyawan tersebut. Kepercayaan diri akan melahirkan motivasi yang kuat dan
prestasi yang luar biasa.

5. Menyebarkan kelemahan anda

Beberapa manajer membangun hubungan dengan cara membagikan
persoalan-persoalan, ketakutan dan kelemahan-kelemahan mereka pada
karyawan mereka.
Mungkin mereka mengharapkan adanya simpati dari karyawan, namun
seringkali yang diterima adalah hal yang berbeda. Alih-alih memberikan
simpati, karyawan malah menganggap atasannya tidak cukup profesional.

6. Tidak mau mentolerir kegagalan

Pimpinan yang hanya mau menerima keberhasilan dari karyawannya sedang
menciptakan kondisi kerja yang selalu dalam keadaan bahaya ketimbang
lingkungan yang mendorong karyawan berani mengambil resiko.
Kegagalan adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah pengalaman demi
pencapaian yang lebih tinggi.
Dalam beberapa hal, manajer harus bertindak sebagai pelatih, yang
memberikan semangat, membujuk, menantang dan bertepuk tangan, bahkan
pada sebuah kegagalan.
Kegagalan membangkitkan kesadaran anda dan karyawan untuk mengetahui
apa yang harus dilakukan untuk sukses.

7. Ketidak-jujuran

Ada beberapa manajer yang menyatakan bahwa perilaku etis dan kejujuran
sudah tidak lagi memberikan sumbangan bagi keberhasilan perusahaan. Mereka
lebih suka berunding secara diam-diam dan melakukan "etika kompromi".
Namun, karyawan tidak suka melihat hal yang demikian. Bila suatu persoalan
dilihat oleh para manajer tadi sebagai hal yang berada pada "bidang abu-abu",
karyawan melihatnya secara jelas sebagai hal yang hitam putih.

8. Kurangnya keteladanan

Di masa sekarang ini, disiplin lebih banyak ditumbuhkan melalui teladan
daripada aturan.
Atasan yang selalu datang terlambat dan pulang lebih awal, atau tidak
menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri tidak boleh mengeluh bila prestasi
departemennya berada di bawah par.
Kinerja yang ditunjukkan melalui contoh sehingga anda berhak berkata,
"kerjakan sebagaimana yang saya lakukan dan saya katakan" akan mendorong
terciptanya produktivitas tinggi, keterpaduan team kerja dan mengurangi
persoalan-persoalan kerja.

9. Kepemimpinan dengan instruksi
 
Jika anda, sebagai manajer, tidak bisa membedakan antara instruksi dan
penemuan, serta anda lebih suka melakukan yang pertama ketimbang yang ke
dua, anda dipersilakan bersiap-siap menghadapi persoalan dengan karyawan
anda.
Salah satu peran manajer adalah mengajarkan, tetapi di lapangan kerja
sekarang di mana pekerja-pekerja intelektual merajalela, mengajar harus
disertai dengan kesadaran subtil mengenai apa yang harus dilakukan untuk
menstimulasi, membangkitkan minat belajarm terutama di bidang-bidang yang
kompleks.

10. Melangkahi persoalan

Atasan yang suka menunda-nunda penyelesaian masalah-masalah karyawan
akan mendapati masalah itu semakin menumpuk dan membebani dirinya.

Aturannya sederhana saja, bila anda menghindari
masalah hari ini, esok anda akan gagal. 


Have a positive day!

Salam,
Mohamad Yunus
Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company
Certified Hypnosis and Hypnotherapy 
Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun
Certified Professional Human Resources
Certified Coaching and Mentoring
Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach”
"SUMBER DAYA yang dibutuhkan seseorang untuk membuat sebuah
perubahan sudah ada dalam diri mereka"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar