Assalamu'alaikum wr wb
Sekedar berbagi .....................
Semoga bermanfaat ...............
RASA KASIH TERLIHAT DALAM MATA
Sore itu adalah sore yang sangat
dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang lalu. Janggut si
orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan menyeberangi
sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan kaku
akibat angin utara yang dingin.
Samar-samar ia mendengar irama
teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas jalan yang beku itu.
Dengan gelisah ia mengawasi beberapa penunggang kuda
memutari tikungan.
Ia membiarkan beberapa kuda lewat,
tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi lewat, dan satu lagi.
Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua yang
duduk seperti patung salju.
Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang…dan ia pun berkata, “Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki.”
Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang…dan ia pun berkata, “Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki.”
Sambil menghentikan kudanya, si
penunggang menjawab, “Tentu. Naiklah.” Melihat si orang tua tak mampu
mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang kuda
turun dan menolongnya naik ke atas kuda.
Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk bertanya,
Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk bertanya,
“Pak, saya lihat tadi bapak
membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta tumpangan. Saya
ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu dan
minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan
meninggalkan bapak di sana?”
Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si penunggang kuda dan menjawab, “Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan orang.”
Si orang tua melanjutkan, “Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan.
Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya.”
Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si penunggang kuda dan menjawab, “Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan orang.”
Si orang tua melanjutkan, “Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan.
Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya.”
Komentar yang menghangatkan hati itu
menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. “Saya berterima kasih sekali atas
perkataan bapak”, ia berkata pada si orang tua. “Mudah-mudahan saya tidak akan
terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi
kebutuhan orang lain..”
Seraya berkata demikian, Thomas
Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan melanjutkan
perjalanannya menuju ke Gedung Putih.
(The Sower’s Seeds – Brian Cavanaugh).
Kau tak akan pernah tahu kapan kau akan memerlukan orang
lain, atau kapan seseorang memerlukanmu. Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis
sebuah citra dimatamu, yang membantu orang lain melihat, menemukan pertolongan
yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada keutamaan lain di dunia ini dari pada
sekedar peduli dengan dirimu sendiri, yaitu kepedulianmu pada orang lain,
sahabatmu atau benar-benar orang lain.
Maka bila ada sahabat atau seseorang memerlukan perhatian
atau bantuanmu, atau meminta maaf atas satu kesalahan, itu karena ia
menghormati dan menghargai kebaikan yang pasti ada dalam jiwamu. Kau dapat
menghormati juga permintaan itu, atau kau meninggalkannya di tengah jalan
sendirian.
“ Nilai manusia, bukan
bagaiman ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. Bukan apa yang telah ia peroleh,
melainkan apa yang telah ia berikan. Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang
telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya (Ministry) “
Selamat
bekerja......................! !!!!!!!!!!!!!!!!!
Tetap semangat
.....................!!!!!!!!! !!!!!!!!!
Sumber: Ade Setiawan via Fungsional
Sumber gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar